Kamis, 03 September 2015

Terjebak.

Barangkali aku mencoba menulis dengan gaya berbeda. Barangkali juga aku hanya ingin menuliskan perasaan ini.

Tak terasa sudah setahun sejak aku masuk bangku kuliah. Diri ini yang ditolak kampus impian, mensyukuri dengan sangat kampus yang menerimaku. Kampus yang beberapa tahun ini diminati paling banyak calon mahasiswa, di fakultas yang katanya paling kece di bidangnya, paling kece se-Indonesia.

Aku menikmati studiku. Sangat. Aku sadar jurusan inilah yang sebenarnya aku cari. Inilah yang sebenarnya aku inginkan. Di tempat inilah berbagai potensiku bisa berguna. Walhasil, dengan semangat menggebu, aku menyelesaikan semester pertama dengan nilai sangat memuaskan.

Bukan aku namanya kalau aku hanya kuliah. SMP aku masuk BEST (Badan Eksekutif Siswa Terpadu), Klub Jurnalistik, English Club, bahkan Taekwondo walaupun hanya sebentar. SMA aku bergabung di MPK, Keputrian, dan Aliansi Ilustrator. Belum ditambah mentoring/liqo yang masih setia kuhadiri.

Lantas, kegiatan apa yang kuikuti di bangku kuliah?

Pikirku, aku lelah dengan pekerjaan macam OSIS. Aku ikut unit kegiatan saja, jangan organisasi mahasiswa macam BEM. Toh, waktu SMA aku juga sempat terhalang jadi ketua ekskul karena aku anggota MPK. Aku tidak mau masuk BEM, BPM, atau himpunan. Tidak ingin saja.

Kebetulan, kampusku ini punya unit beladiri yang sudah sejak lama ingin kupelajari: Aikido. Latihan pertama, latihan kedua, ketiga, keempat... semua kujalani. Aku senang di sana. Walaupun anggotanya tidak banyak, aku bisa belajar banyak di sana. Aku yang awalnya hanya ingin latihan tanpa peduli warna sabuk, jadi terpacu untuk naik sabuk karena seorang kawan yang terpaksa berhenti di tengah jalan. Aku tetap dan terus latihan.

Memasuki fakultas, aku diperkenalkan pada Kelompok Kegiatan Mahasiswa (KKM). Kuikuti Kelompok Grafis Fikom (KGF) dengan maksud melatih gambarku. Walaupun ada sedikit luka karena ditolak jurusan seni, aku masih ingin menggambar.

Semester satu, dua kegiatan itu kujalani beriringan.

Semester dua, duniaku meluas.

Hatiku sempat tergelitik karena tidak seperti di jenjang sebelumnya, aku tidak bergabung di lembaga dakwah kampus. Aku hanya liqo, tapi tidak banyak bergaul dengan teman-teman masjid seperti waktu SMA dulu. Liburan pertama kuliah, aku mendaftar menjadi pengurus lembaga dakwah fakultas (LDF) dengan niat kurang murni: mencari teman yang baik.

Bergabung di Biro Kerohanian Islam (BKI) kegiatanku tentu semakin banyak. Ketiganya kujalani beriringan.

Dari Aikido, aku belajar banyak hal: teknik aikido, beladiri Jepang lainnya, UKM beladiri lainnya, bagaimana BPM, bagaimana BEM, bagaimana rektorat... banyak yang kupelajari dari unit kecil yang memiliki banyak kendala ini. Saat aku ujian naik sabuk, aku belajar tentang dunia aikido Indonesia. Aku bertemu aikido-ka dengan tingkat tertinggi di Indonesia, juga bertemu aikidoka dari kampus lain. Benar-benar pengalaman berharga yang menyenangkan.
Aku sendiri tak paham kenapa masih bertahan di aikido. Teman-teman seangkatanku satu per satu mulai tidak latihan, hingga tersisa aku sendiri.
Aku suka beladiri ini, aku tak berniat berhenti memelajarinya.

KGF. Ternyata plesetan kepanjangannya "Kelompok Gagal FSRD". Memang tempat saya. Di sana kutemukan kekeluargaan yang luar biasa. Ceria, ramai, menyenangkan. Merekalah yang paling sering mengajak main kalau aku sedang bosan di kamar kos. Aku belajar banyak dari kawan-kawan yang sudah lebih senior dalam berkarya. Aku suka KGF, aku sayang KGF.

BKI. Aku memutuskan bergabung dengan departemen infokom. Departemen yang ternyata kerjanya desain, desain, desain, desain dan desain. Sampai aku muak mendengar kata itu. Kata kerja yang kukira kusukai. Mulai dari situlah aku sadar, mendesain dan menggambar, keduanya berbeda. Aku lebih suka menggambar, lebih suka berkarya untuk diri sendiri. Aku ternyata egois. Aku ingin berhenti saja karena rasanya pekerjaan-pekerjaan desain itu hanya menambah daftar panjang tugas-tugas kampusku. LDF dan LDK, keduanya setipe, tapi acaranya satu sama lain saja suka bentrok. Suka dadakan. Suka seenaknya mengambil waktuku. Aku ingin berhenti. Aku lelah.

Kuungkapkan niatku ini pada ibuku, dan aku runtuh oleh satu kalimat: "Tapi kalau kamu keluar, kamu gak ada peran untuk dakwah.

Iya. Benar. Kalau kupikir lagi UKM-UKM-ku yang lain juga demikian. Aku juga harusnya orang yang paling tahu bagaimana rasanya sendirian di jalan ini. Sakit memang. Lelah memang. Tapi harus dijalani...

Tapi kalau disuruh meninggalkan kegiatan yang lain lalu fokus hanya di jalan ini, aku juga tidak mau... sulit. Terlalu berat. Aku orang yang sekali bergabung dengan kelompok/unit kegiatan, aku tidak tahu cara untuk berhenti atau bahkan sekadar bolos pertemuan. Aku tidak bisa begitu. Aku tahu rasanya berjuang sendirian.

Semester dua, aku sempat sakit yang berujung pada penurunan nilaiku. Bahkan kalau boleh frontal, aku terancam mengulang kelas. Saat itu aku mengutuk tubuh yang lemah ini. Beri aku kesempatan belajar lebih banyak hal. Biarkan aku mengerjakan segalanya dengan baik. Aku tidak boleh sakit terlalu lama lagi.

Aikido ternyata meluas. Pelatih kami meminta bantuan agar Aikido membantu beliau membentuk unit panahan di Unpad. Nyaris semua anggota aikido menjadi anggota panahan. Aku pun mencoba olahraga sunnah Rasul itu. Orang tuaku juga tak keberatan ketika kubilang aku ikut panahan.
Tapi aku belum yakin sepenuhnya akan serius di bidang ini atau tidak. Aku berusaha untuk terus datang latihan, walaupun agak meringis melihat dompetku menipis. Aku harus berhemat kalau ingin lanjut latihan.

Harus lebih hemat, tidak boleh minta uang tambahan ke orang tua. Aku kurangi jajan. Aku ingin puasa lebih sering. Aku sempatkan mencuci seluruh bajuku sendiri. Buku kuliah juga harus kucari, lebih bagus kalau kubeli.

Satu kegiatan lagi yang kukenal dari aikido: karate.

Sebagai UKM yg belum sah di tingkat rektorat, aikido belum memiliki fasilitas ruang sekretariat dan uang kegiatan dari kampus. Kami menabung sendiri untuk alat-alat latihan. Jika kami butuh ruang untuk kumpul non-latihan, kami menumpang di sekre karate. Ini berkat relasi senior-senior yang memang berkegiatan di kedua UKM tersebut. Karena itu, walaupun anggota aikido aku juga kenal sebagian anggota karate. Mereka sudah kuanggap kawan-kawanku juga. Mereka sosok-sosok yang menyenangkan.

Karena suatu kesalahpahaman, aku mengikuti latihan mereka tempo hari. Ternyata menarik, membuatku ingin belajar karate lebih lanjut. Aku berniat ikut latihan mereka tiap kali aku senggang. Dengan aku bergabung di karate, barangkali bisa menjadi bentuk ucapan terima kasih juga karena mereka selalu membantu aikido selama ini...

Tapi, lima kegiatan sekaligus plus kuliah, apa bisa?

Aku sadar diri. Kedua kalinya aku ingin latihan dengan mereka saja, sudah bentrok dengan rapat KGF. Sulit.

Kadang aku berharap aku tak pernah sakit dan lelah, supaya aku bisa berkegiatan sebanyak-banyaknya.
Sedih rasanya mengingat semua kegiatan itu akan lebih sulit kupelajari jika aku sudah lulus kuliah nanti. Inilah kesempatan untuk memelajarinya.

Kalau aku boleh kuliah lebih lama, mungkin semua kegiatan akan kucoba. Tapi tidak boleh begitu. Bahkan jurusan menuntut untuk selesai studi lebih cepat. Kurang dari empat tahun.

Terjebak. Hanya itu yang terpikir olehku. Aku harus pikirkan langkah, pikirkan tujuan, pikirkan ke mana aku ingin pergi.

Atau lebih tepatnya kalau aku menurut, 'ke mana aku harus pergi'.
Barangkali aku menyangkal.

Rabu, 15 April 2015

Hari Kelima...

Assalamu'alaikum. Aku nggak nyangka ini kirimanku yang setelah sekian lama. Isinya gak terlalu menyenangkan sih...

Sabtu yang lalu, aku bangun dengan keadaan nyeri hebat. Bagian atas mata kananku sakit. Rasanya sakit untuk berdiri. Aku cuma bisa tiduran sambil menangis, meringis memegang pelipis kananku.

Aku langsung cari di internet itu gejala apa. Kesimpulan sementaraku migrain. Memang sih aku gak merasa sedang stres atau apa, tapi kurasa ini migrain. Kalau ternyata salah itu urusan belakangan.

Aku segera menghubungi kawanku yang bisa kuandalkan. Minta tolong dibelikan obat migrain. Namun, tak seperti dugaanku, ia tak menurut begitu saja. Ia malah tanya-tanya dulu tentang penyakit anehku itu. Ia menghampiriku ingin melihat langsung. Jujur, aku menghargai perhatiannya, tapi mungkin karena dipengaruhi rasa sakit, aku jadi kesal pada dia. Aku hanya ingin obat. Tolonglah. Soal ini sebenarnya penyakit apa nanti saja kita pikirkan. Soal ke dokter nanti saja...

Akhirnya dia memberiku habatussauda dan sedikit camilan. Aku tertidur dan terpaksa terlambat ikut agenda LDF hari itu. Ketika aku bangun kembali, nyeri di atas mataku sudah berkurang. Aku lantas bersiap-siap ke kampus untuk mengikuti agenda LDF.

Di sana aku bertemu dengan para akhwat seangkatan, akhwat senior, juga kawanku yang tadi itu. Ternyata menurut senior aku sedikit demam. Namun, aku lancar saja mengikuti kegiatan itu. Barulah setelah sholat dzuhur, sakit itu datang lagi. Sakit luar biasa yang membuat menangis.

Akhirnya aku diantar seniorku ke dokter. Dokter berasumsi aku nyeri karena kurang darah. Obat yang diresepkannya kuminum sesuai petunjuknya.

Nyeri di kepalaku akhirnya hilang, tapi aku tak kunjung membaik.

Demamku semakin menjadi. Maag yang tidur selama beberapa bulan tiba-tiba bangkit kembali dengan semangat. Aku makin tersiksa. Aku sampai izin ikut ujian tengah semester 3 mata kuliah.

Di tengah keadaanku, kawanku itu bercerita kalau kakaknya juga mengalami nyeri di atas mata yang sama sepertiku. Ternyata itu migrain. Dengan meminum tolak angin dan izin dari Allah, kakaknya sembuh.

Saat itu aku makin kesal padanya. Baguslah kakakmu tidak seperti aku. Baguslah. Aku ingin blak-blakan marah padanya, tapi aku nggak bisa. Aku gak punya siapa-siapa lagi di sini selain dia. Kalau dia memusuhiku, habislah aku. Lebih baik aku diam atau marah di blogku yang tidak ramai ini daripada kehilangan dia untuk beberapa hari.

Yang sudah terjadi, terjadilah. Kenyataannya aku masih sakit. Tambah sakit malah. Aku berhenti minum obat dari dokter. Aku mulai minum obat maag biasa. Sakit di perutku hilang. Ada perkembangan.

Sampai sekarang aku masih demam. Semua sudah mendoakan penyakitku sembuh. Semua mengingatkan kalau ini penggugur dosa. Allah sedang menguji. Ah... rasanya aku sudah gagal karena banyak mengeluh.

Apa karena kadang aku masih merasa kesal pada kawanku sehingga penyakitku belum diangkat? Aku pun marah pada diriku sendiri yang marah padanya, yang tak bisa mengubahnya menjadi orang yang semakin baik. Maafkan orang yang menyebutmu sebagai kawan ini. Maafkan...

Aku sudah membuat khawatir ummi-abi di rumah. Bergantian mereka tanya penyakitku. Mencari-cari penyebabnya. Mereka tanya pula kakekku yang dokter itu. Kuharap mereka tidak berpikir kalau tindakan merekalah yang membuat aku sakit. Kuharap mereka tenang saja di rumah...

Aku harus susulan tiga UTS. Besok juga ada UTS dua matkul. Jumat-Sabtu ada workshop yang sangat menarik, aku gak boleh ketinggalan. Latihan Aikido aku sudah izin dua kali berturut-turut, jadi latihan berikutnya aku harus datang. Aku ingin datang. Tugas-tugas minggu depan juga banyak dan besar.
Aku ingin melakukan semuanya. Ingin segera melakukan segalanya. Aku tak ingin sakit selamanya seperti ini. Aku harus bekerja lagi, berjuang lagi.

Kuharap nyeri di sekitar mata kiriku ini juga hanya migrain, atau sekadar pusing karena habis menangis atau sakit gigi. Kuharap hanya itu.

Ya Allah, tolong sembuhkanlah orang-orang di sekitarku... sembuhkanlah kami...
Aamiin

Jumat, 13 Februari 2015

Mulai Besok, Semester Dua!

Assalamu'alaikum, hisashiburi~

Setelah mendapat IPK sangat memuaskan di semester pertama, akhirnya semester dua akan segera dimulai. Besok saya akan kembali ke Jatinangor, kembali ke medan perjuangan!

Kebalikan dari IPK, liburan kali ini kurang (atau memang nggak) produktif. Ibadah juga turun. Jelek banget deh. Ada yang perlu diubah. Atau lebih tepatnya ada yang HARUS berubah.

Hari ini aku harus kemas lagi barang-barang yang mau kubawa ke sana. Lebih banyak daripada waktu pertama aku pulang ke rumah. Kali ini aku bawa lebih banyak alat gambar, sepertinya hobi seniku mulai kembali lagi. Mata kuliah semester dua ini juga menjurus ke seni, misalnya Komunikasi Visual dan Fotografi Bisnis. Yah, mungkin aku hanya ingin menggambar lagi... ^^

Beberapa hari yang lalu aku beres-beres kamar di rumah. Dari situlah aku melihat gambar-gambar lamaku, coretan-coretanku, prestasi lamaku... kenangan bermunculan. Semangat lama, luka lama, semua ada.

Aku jadi ingat, dulu aku hanyalah gadis kecil pemalu dan pendiam. Sangat malu walau hanya sekedar bergerak saat senam TK. Waktu SD pun aku masih pendiam. Aku dikenal sebagai salah satu anak cerdas yang pandai menggambar.
Waktu kelas 6 SD, aku mulai lebih percaya diri. Mulai lebih banyak bicara, juga lebih banyak lagi prestasi. Aku mulai lebih aktif.
Masuk SMP, aku belajar tentang perpisahan, belajar menerima kehidupan baru. It was three years that filled with happiness, coming of age stories. Aku mulai bermimpi besar. Aku mulai merasa bisa jadi yang terbaik. Aku naif. Aku terlena dengan dunia kecilku.

Aku masuk ke dunia yang jauh lebih besar: SMA. Dunia asing yang kukira bisa kutaklukkan. Rasa percaya diri yang sudah meninggi jatuh seketika. Segala potensiku yang dulu terlihat malah tenggelam kembali. Aku kembali pendiam. Tak ada gunanya pula aku bicara, karena tak ada yang bisa dengan baik mendengarku.

Aku bangga bisa menjadi bagian dari sekolah itu. Aku bisa bertemu beragam orang yang menarik. Tapi ada juga orang yang sulit kuhadapi. Some people who acted nice but also despise me. Tiga tahun kujalani dengan hati tertutup.

Kalau ada yang bertanya apa kegagalan terbesarku, maka jawabannya adalah masa SMA. Aku lulus dengan nilai UN tertinggi di SMP, masuk SMA Negeri top di Jakarta sebagai 50 besar, lalu jatuh. Remedial dan nilai jeblok tak terhindar. Aku gagal menerima perubahan dengan tulus seperti waktu SMP dulu. Aku gagal masuk ke jurusan IPA yang diinginkan orang tuaku. Aku gagal masuk ranking kelas yang biasanya selalu kudapatkan. Aku gagal masuk ke universitas yang kudambakan sejak SMP. Aku pun gagal berhenti menjadi gadis cengeng dan rendah diri.

Karena itulah, waktu memulai perjuangan di Unpad dengan rasa syukur, aku lega. Aku merasa ada kesempatan baru. Aku bisa memulai segalanya dari awal. Aku bisa berubah.

Aku ingin melupakan diriku di masa lalu yang gagal, cengeng, yang hanya bisa sendiri dan menangis. Aku ingin berjuang lagi.

Semester lalu, untuk pertama kalinya, aku memulai suatu jenjang pendidikan dengan baik. Tidak seperti waktu SMP dan SMA yang kuawali dengan nilai jeblok.

Aku ingin terus ingat bahwa Allah sudah memberiku nyawa yang bisa Dia ambil kembali kapan saja. Aku mau berjuang lagi. Aku mau melihat senyum bangga orang tuaku lagi.

Semester dua! Bismillah!

Rabu, 28 Januari 2015

My Personal Reminder : Menjadi Maba

Aku bikin note ini di HP waktu baru masuk kuliah Agustus lalu. Tujuannya ya biar aku nggak lupa diri, nggak lupa tujuan, dan nggak hilang motivasi. Ternyata lumayan manjur lho ^^

Kalo lagi nggak semangat atau jenuh, aku baca-baca note ini. Kalau ada motivasi atau alasan berjuang yang baru pun, aku tambah note-nya. Barangkali berkat note ini juga IPK semester pertamaku bisa maksimal :)

Untuk semester depan sepertinya aku bakal bikin note baru lagi, jadi note yang sebelumnya kusimpan di sini ya. Silakan dibaca~

-- Just in Case You Lose Your Self --

Aku gak guna apa-apa di rumah. Makanya aku mesti keluar dari sana dan belajar hidup sendiri. Makanya juga aku gak pantas homesick.

Dengan jadi mahasiswa, aku akhirnya bakal tau gmn kerjaan seorang dosen itu. Itu pekerjaan ummi-abi. Pahamilah & hargai usaha mereka berjuang mencari nafkah demi keluarga.

Belajar itu enak kok, ibaratnya kita ada di sebuah tempat yang penuh dengan lampu mati. Dengan belajar, makin banyak lampu yang bakal menyala. Bahkan cahaya dari satu lampu saja bisa menuntun kita untuk menyalakan lampu-lampu yang lain. Rasanya asyik bisa tahu banyak hal, karena itu nikmatilah. Ilmu apapun nggak ada yang sia-sia. Belajarlah dengan rasa senang dan penuh rasa ingin tahu.

Berbeda pendapat sama orang lain itu wajar, tetap hormati pendapat mereka dan jangan diejek-ejek, kita ini negara demokrasi. Sangat wajar kalau ada perbedaan di negeri ini.

Hal yang penting itu bukan menjadi sempurna. Kamu cuma perlu menjadi lebih baik dari orang lain, karena itu berusahalah di atas rata-rata orang lain.

Kalau kamu gagal, kamu boleh kecewa, tapi jadikan juga kekecewaan itu sebagai motivasi untuk berusaha lebih baik lagi. Gagal itu emang gak enak, tapi lebih nggak enak lagi gagal sebelum berusaha kan?
Lagian kata Dahlan Iskan, "Habiskan Jatah Gagalmu di waktu muda." Wajar kok kalo ada byk kegagalan yg kita alami.
Kalo kata @anak_unpad, saat gagal, bukan kita yang paling payah, dan saat sukses, bukan kita yang paling hebat.

Untuk ke depannya, jangan terlalu mengandalkan diri sendiri. Berbagi itu adalah pengorbanan untuk menghindari rasa sepi. Kalo gak bisa sesuatu, jangan gengsi dan bilang bisa ngerjain semua sendiri. Kita manusia gak ada yang sempurna & diciptakan untuk saling menolong, saling melengkapi.

Capek ya? Capek sih. Tapi kalau dengan hati senang & ikhlas, jadi gak terlalu capek kan? We just simply do our best joyfully.

Begitu ada di atas, jangan sekalipun ngeremehin org lain. Aku yakin kamu tahu sendiri apa akibatnya. Ucap syukur atas apa yang didapat. Jangan susah puas & terobsesi sempurna, sampai-sampai tiap kekurangan kamu keluhkan. Siapa tahu yg kamu keluhkan itu adalah hal yang sangat diharapkan oleh orang lain. "Jika engkau merasa besar, periksa hatimu, mgkn ia sedang bengkak."

Jangan ngeluh karena jurusan gak sesuai minat atau karena temen-temen kenapa-kenapa. Jangan ngeluh juga soal univ kenapa-kenapa, pokoknya bersyukur aja. Ingatlah bahwa ada ribuan orang yang ingin berada di posisi kamu sekarang. Kampus ini memang bukan kampus impianmu, ini kampus impian mereka. Tapi malah kamu yang berhasil masuk ke kampus ini. Karena itu, tolong berjuang demi mereka juga.

Berjuanglah demi mereka yang belum berhasil atau gagal, juga demi siapapun yang membantu studimu sesedikit apapun bantuan mereka. Kamu bisa ada di sini sekarang karena mereka, dan kamu harus berjuang untuk mereka juga.

Jangan merasa ummi-abi nggak mendukung kamu. Ummi-abi ada terus dalam hidupmu lho. Kalo ngutip Shigatsu wa Kimi no Uso, "Ibu ada dalam setiap bahasa tubuhku." Kamu bisa kuliah, hidup cukup, makan enak, semua nggak lepas dari ummi-abi. Baju yang kamu pakai kuliah, kebiasaan waktu makan, cara mencuci, itu semua peninggalan orang tua bukan?