Assalamu'alaikum. Aku nggak nyangka ini kirimanku yang setelah sekian lama. Isinya gak terlalu menyenangkan sih...
Sabtu yang lalu, aku bangun dengan keadaan nyeri hebat. Bagian atas mata kananku sakit. Rasanya sakit untuk berdiri. Aku cuma bisa tiduran sambil menangis, meringis memegang pelipis kananku.
Aku langsung cari di internet itu gejala apa. Kesimpulan sementaraku migrain. Memang sih aku gak merasa sedang stres atau apa, tapi kurasa ini migrain. Kalau ternyata salah itu urusan belakangan.
Aku segera menghubungi kawanku yang bisa kuandalkan. Minta tolong dibelikan obat migrain. Namun, tak seperti dugaanku, ia tak menurut begitu saja. Ia malah tanya-tanya dulu tentang penyakit anehku itu. Ia menghampiriku ingin melihat langsung. Jujur, aku menghargai perhatiannya, tapi mungkin karena dipengaruhi rasa sakit, aku jadi kesal pada dia. Aku hanya ingin obat. Tolonglah. Soal ini sebenarnya penyakit apa nanti saja kita pikirkan. Soal ke dokter nanti saja...
Akhirnya dia memberiku habatussauda dan sedikit camilan. Aku tertidur dan terpaksa terlambat ikut agenda LDF hari itu. Ketika aku bangun kembali, nyeri di atas mataku sudah berkurang. Aku lantas bersiap-siap ke kampus untuk mengikuti agenda LDF.
Di sana aku bertemu dengan para akhwat seangkatan, akhwat senior, juga kawanku yang tadi itu. Ternyata menurut senior aku sedikit demam. Namun, aku lancar saja mengikuti kegiatan itu. Barulah setelah sholat dzuhur, sakit itu datang lagi. Sakit luar biasa yang membuat menangis.
Akhirnya aku diantar seniorku ke dokter. Dokter berasumsi aku nyeri karena kurang darah. Obat yang diresepkannya kuminum sesuai petunjuknya.
Nyeri di kepalaku akhirnya hilang, tapi aku tak kunjung membaik.
Demamku semakin menjadi. Maag yang tidur selama beberapa bulan tiba-tiba bangkit kembali dengan semangat. Aku makin tersiksa. Aku sampai izin ikut ujian tengah semester 3 mata kuliah.
Di tengah keadaanku, kawanku itu bercerita kalau kakaknya juga mengalami nyeri di atas mata yang sama sepertiku. Ternyata itu migrain. Dengan meminum tolak angin dan izin dari Allah, kakaknya sembuh.
Saat itu aku makin kesal padanya. Baguslah kakakmu tidak seperti aku. Baguslah. Aku ingin blak-blakan marah padanya, tapi aku nggak bisa. Aku gak punya siapa-siapa lagi di sini selain dia. Kalau dia memusuhiku, habislah aku. Lebih baik aku diam atau marah di blogku yang tidak ramai ini daripada kehilangan dia untuk beberapa hari.
Yang sudah terjadi, terjadilah. Kenyataannya aku masih sakit. Tambah sakit malah. Aku berhenti minum obat dari dokter. Aku mulai minum obat maag biasa. Sakit di perutku hilang. Ada perkembangan.
Sampai sekarang aku masih demam. Semua sudah mendoakan penyakitku sembuh. Semua mengingatkan kalau ini penggugur dosa. Allah sedang menguji. Ah... rasanya aku sudah gagal karena banyak mengeluh.
Apa karena kadang aku masih merasa kesal pada kawanku sehingga penyakitku belum diangkat? Aku pun marah pada diriku sendiri yang marah padanya, yang tak bisa mengubahnya menjadi orang yang semakin baik. Maafkan orang yang menyebutmu sebagai kawan ini. Maafkan...
Aku sudah membuat khawatir ummi-abi di rumah. Bergantian mereka tanya penyakitku. Mencari-cari penyebabnya. Mereka tanya pula kakekku yang dokter itu. Kuharap mereka tidak berpikir kalau tindakan merekalah yang membuat aku sakit. Kuharap mereka tenang saja di rumah...
Aku harus susulan tiga UTS. Besok juga ada UTS dua matkul. Jumat-Sabtu ada workshop yang sangat menarik, aku gak boleh ketinggalan. Latihan Aikido aku sudah izin dua kali berturut-turut, jadi latihan berikutnya aku harus datang. Aku ingin datang. Tugas-tugas minggu depan juga banyak dan besar.
Aku ingin melakukan semuanya. Ingin segera melakukan segalanya. Aku tak ingin sakit selamanya seperti ini. Aku harus bekerja lagi, berjuang lagi.
Kuharap nyeri di sekitar mata kiriku ini juga hanya migrain, atau sekadar pusing karena habis menangis atau sakit gigi. Kuharap hanya itu.
Ya Allah, tolong sembuhkanlah orang-orang di sekitarku... sembuhkanlah kami...
Aamiin