Minggu, 15 September 2019

Dengarkan Tubuhmu

Tubuhmu berbicara.
Dia sedang menyampaikan sesuatu, tapi kadang kita abai mencernanya.
Tubuh dan hatimu kadang berkata berbeda, tapi tubuh akan memaksamu untuk menuruti keinginannya.
Sementara hati bisa berpikir sepuasnya.

Waktunya makan.
Namun, kamu mengabaikannya dengan berpikir bahwa kamu belum lapar.
"Aku bisa makan nanti."
Kemudian tubuhmu memaksamu mengikutinya.
Perutmu berbunyi, memanas, asam lambungmu naik, segala usaha dia lakukan hanya untuk memberitahumu,
"Kamu mungkin belum lapar, tapi kamu harus tetap makan."

Waktu kau lelah.
Kau merasa masih sanggup menyongsong hari esok. Tak masalah mengurangi jam tidur.
Kau lawan dia dengan kafein dan semangat yang menggebu.
Lalu tubuhmu melawan, ia buat matamu berat dan tubuhmu lemas.
"Kamu harus istirahat."

Apalagi?

Sewaktu kau menahan hajat ke kamar mandi, dia akan menyiksamu. Mungkin juga dia akan menabung siksaan itu dan mendatangimu dengan penyakit pencernaan atau eksresi.
Dia mendendam.

Sewaktu kau sedih, kau merasa sanggup menghadapi segalanya, tapi tubuhmu mengeluarkan air mata. Dia buat kamu sampai lelah dan tertidur.
Dia membolehkanmu lemah.

Ketika kamu lemah, dia jatuh ke lantai, ingin tunduk.
Tunduk pada apa?
Pada Sang Pencipta yang menciptakan dia.
Dia diciptakan bersamamu.
Dia adalah salah satu bagian kecil yang Tuhan berikan padamu.

Perhatikan dia, coba dengar apa yang ingin ia sampaikan.
Kenapa dia didesain seperti itu?
Tuhan menyampaikan pesan untukmu melalui dia.

Kenapa kamu perlu makan tapi juga tidak bisa makan terlalu banyak?
Kenapa hanya ada laki-laki dan perempuan?
Kenapa ada waktunya untuk lelah dan tertidur?
Kenapa ada saatnya tubuh itu menua dan melemah?

Itu pesan Tuhan untukmu.
Baca kitab yang diturunkan-Nya.
Selaraskan hati dan tubuhmu.
Tak ada yang menang di antara mereka.
Toh, semua hanya seorang hamba.