Dalam beberapa tahun terakhir aku jadi lebih sering belanja online. Anggota keluargaku yang lain pun begitu. Belum lagi rejeki nomplok dari tante yang kerap kirim makanan ke rumah. Rumah kami jadi lebih sering terima paket. Karena pandemi, mungkin kami lebih banyak terima tamu paket daripada terima tamu manusia.
Hari ini, paket buku yang aku beli sampai. Entah kenapa, si penjual mengirim paket itu dengan kurir instan tidak seperti pesananku. Mungkin ini kali pertama aku terima paket dengan jasa "Yakin Esok Sampai". Bungkusnya warna merah. Sangat mencolok. Di bawah lingkaran putih bergambar tulisan "YES", tertulis dengan huruf kapital, "PAKET PRIORITAS".
Oh my God, jadi gini rasanya diprioritaskan.
Kemarin aku cek riwayat perjalanan paket buku itu. Entah kenapa, si penjual mengirim paket itu ke ekspedisi malam-malam, padahal aku sudah melunasi pembayaran sejak pagi. Paket itu, mungkin karena berbungkus merah, terus bergerak sepanjang malam. Tengah malam ia di pos A, dini hari ia sudah di pos B, sampai ke pos C di pagi hari dan diantarkan ke kurir antar.
Mengetahui hal itu bikin aku ingin mengunjungi sorting center mereka. Pasti keren, melihat paket berseliweran ke sana kemari dengan conveyor. Lalu di beberapa titik ada para pekerja dengan tampang bosan, haha. Semoga rezeki mereka lancar.
Kurir paket yang datang hari ini, suaranya keras sekali, super nyaring. Anugerah Tuhan supaya ia tak perlu repot-repot menekan bel, apalagi mengetuk pintu. Aku harap malam ini beliau bisa istirahat dengan baik.
Kurir paket yang kemarin, terlihat kurus. Padahal ia mengantar paket dengan mobil, yang berarti paket-paket yang diantarnya berukuran besar. Well, memang yang aku beli itu meja kerja (belum dirakit). Ukuran kotaknya besar. Beratnya, wow, jangan ditanya. Waktu saya buka pagar untuk beliau, beliau mengira saya yang akan menerima paket itu sehingga bertanya, "Bisa nggak? Berat, lho."
Duh, Bapak, mohon maaf bikin Anda ngurusin paket besar saya. Thank you so muchh.
Walaupun orang lain pasti bilang, "Ya itu 'kan emang kerjaan mereka," itu nggak menghentikan aku untuk kepikiran hal kayak gini.
I had enough of taking things for granted.
Walaupun ada pilihan pengiriman paling instan berupa ojek, aku tetap meminta paket itu dikirim dengan ekspedisi biasa. Biar yang antar pakai mobil. Biar tidak ada yang mengalami hal seperti beberapa pekan sebelum ini. Beberapa pekan lalu, ayahku membeli meja belajar untuk adik, tapi ternyata paket meja yang belum dirakit itu dikirim pakai ojek. Iya, ojek motor. Sampai hari ini aku masih terbayang sosok samar driver ojek yang mengelus jidat setelah memarkirkan motornya di depan rumahku. Paket meja itu ukurannya lebih besar dan lebar dibanding paket mejaku, tapi beratnya lebih ringan. Karena ukurannya besar, pasti sulit sekali membawa benda itu dengan motor. Pasti lama proses dipasang di motornya. Dilepasnya juga, sampai pakai cutter. Belum lagi menyetir di perjalanan. Karena nggak enak hati, kami langsung kasih beliau ongkos tambahan.
Yang bikin saya sedih adalah saya tahu bukan cuma beliau driver ojek yang mengalami itu--mendapat tugas mengantar barang yang sulit diantar pakai motor. Sebagai pengguna jasa, mari kita gunakan otak dan hati kita dengan baik.
Hmm, apalagi paket yang pernah kuterima?
Kursi lesehan. Ini juga diantar pakai mobil.
Keyboard mini, packaging-nya rapuh, tapi aku lega barangnya sampai dengan selamat.
Baterai laptop, flash disk, uwaw.
Buku, komik, Audio CD, snack jadul langka yang cuma bisa kubeli online... Banyak, ya ternyata.
Belum lagi kalau dihitung paket keluargaku yang lain. Lampu motor, joystick PS, album K-Pop... Hobi keluarganya kelihatan, ya, hm.
Banyak barang yang kami beli online, tapi Alhamdulillah, kami tidak pernah punya masalah dengan ekspedisi atau pengiriman paket. Semuanya sampai dengan selamat, utuh, sesuai alamat tujuannya. Tidak ada yang rusak, patah, atau hilang di tangah jalan.
Paket-paket itu tanpa kita sadari terus bergerak mendekati kita.
Apa seperti itu juga Allah mendekatkan rezeki seseorang? Hehehe.
Ya, suka-suka Allah (cling)✨