Kamis, 10 Maret 2022

Susah Menulis.

 Beberapa tahun belakangan ini, aku merasa sangat kesulitan untuk mengekspresikan diri. Menulis tidak selepas dulu, menggambar tidak semudah dulu, semuanya jadi lebih sulit.

Tentu saja aku mencoba untuk mencari tahu sebabnya. Ternyata, itu karena pikiranku jadi lebih berisik dari yang sebelumnya.

Setiap aku mulai mengeluarkan isi hati atau pikiran, sisi pengkritik dalam diriku juga berpikir cepat. Ini lebih baik dihapus. Yang ini nggak usah dibahas. Ini nggak penting. Kalau aku nulis begini nanti orang yang baca bakal mikir yang nggak-nggak.

It's annoying.

Karena kebanyakan mikir dan terus-terusan memperbaiki, karyaku jadi banyak yang nggak selesai. Kalaupun selesai, belum tentu aku publish karena merasa masih belum pantas dirilis. 

Intinya, aku mengekang diriku sendiri.

Harusnya aku lebih lepas aja 'kan? Tulis, gambar, post sesuka hati aja kayak sebelumnya. No one really cares. Ekspresikan saja. Kenapa nggak bisa?

Setelah pertanyaan itu keluar, aku menyadari juga kalau aku punya rasa takut. Takut kalau orang-orang akan bisa melihat diriku yang sebenarnya, dan diriku yang sebenarnya itu bukan orang yang baik. Aku jadi menyadari kalau aku punya kesan yang buruk terhadap diriku sendiri. I'm not that good of a person. I shouldn't speak about this. I should shut up. I should stay away.

Why so harsh? I know right, LOL.

Menurutku sebagian orang bakal paham kebimbangan ini. Kita takut orang lain tahu diri kita yang sebenarnya, tapi di saat yang sama juga kesepian karena nggak ada yang tahu seperti apa kita sebenarnya.

Kalau aku nggak mau kesepian, aku harus membuka diri. Aku harus memberi kesempatan orang lain untuk tahu tentang aku. Aku juga ingin berbagi cerita dengan orang lain, kok. Aku mau berbagi banyak hal, pengalaman, kisah, pandangan. Aku mau menulis lebih bebas.

Aku ingin bebas dari diriku sendiri.

Aku nggak mau dikekang oleh batas yang Allah aja nggak menentukan. I should worry less.

Yuk bisa yuk.

Jangan takut.

Ayo publish. Bismillah.