Assalamu'alaikum, hissashiburi desu ne...
Sudah sebulan lebih sejak kenaikanku ke kelas XII IS 2. Menyenangkan, sekaligus berat.
Menyenangkannya, kali ini kelasku terasa sedikit lebih nyaman. Waktu kelas X-XI, aku bener-bener gak peduli sama kelas. Gak ada temen sekelas yang bener-bener akrab. Aku lebih sering diem aja, asyik sendiri. Masih shock-shock-nya masuk SMA dan jurusan IPS sih waktu itu.
"Ah, kelas juga nanti 'kan ganti lagi. Temen-temennya juga 'kan ganti lagi. Tempat numpang lewat doang."
Gara-gara pikiran kayak gitu, hatiku jarang ada di kelas.
Sekarang... Hmm, gak ada temen akrab sih, tapi seenggaknya lebih mending dibanding kelas-kelas sebelumnya. Walaupun kalau dipikir-pikir ulang lagi ya... Sama aja sih (._.)
Kayaknya sekarang-sekarang ini aku lagi dilindungi Allah banget deh.
Suaraku jadi lebih kecil sejak masuk SMA. Kehendak Allah kali ya? Karena gak bisa teriak-teriak, aku jadi gak bisa marah-marah kalo lagi kesel sama orang-orang di sekolah.
"Kursimu beresin dong!"
"Sampahnya buang yang bener dong!"
"Tahu nggak sih? Ini tuh masjid! Kenapa malah ngobrol, pake sambil makan dan duduk ngelingker segala lagi?!"
"Udah kelas 3 SMA masih gak sholat? Hidup buat apaan kalian?"
"Hargain dong temen kalian yang udah mau berbuat baik! Jangan malah diajak-ajak yang nggak-nggak!"
Yah, itu sebagian jeritan hati yang gak bisa kulepas. Sebenarnya masih banyak lagi yang lain.
Hari ini aku jadi nangis lagi setelah sekian lama. Kenapa sering banget aku nangis? Imbas gak bisa marah-marah. Kekesalan, kesedihan, kesenangan, entah kenapa semuanya diungkap pakai air mata.
Allah juga ternyata lagi ngejaga hatiku. Merasa tinggi hati sedikit, aku langsung dibanting.
Rasanya aku udah belajar, sambil berusaha nambahin hafalan, sambil menuhin tugas organisasi, dan lain sebagainya.
Tapi entah kenapa yang aku kerjain rasanya gagal terus.
Pas belajar, lancar-lancar aja. Aku gak pasif-pasif amat di kelas. Tapi pas ulangan, nilainya di bawah KKM terus. Pas berusaha belajar di rumah, entah kenapa bawaannya ngantuk terus. Pada dasarnya emang sedih sih, masa' sekolah bisa 12 jam, tapi di rumah cuma 6 jam?
Nggak guna banget aku di rumah.
Tapi ya mungkin inilah tantangannya. Aku harus lulus dengan nilai bagus. Rasanya agak aneh kalo ngarep jadi lulusan terbaik, jadi ya abaikanlah.
Harus berdoa, ibadah yang rajin. Bantu orang tua yang sering.
Nambah hafalan yang banyak. Masa dari SMP sampe sekarang masih 3 juz aja.
Jaga hati sama orang lain. Jangan nyakitin siapapun.
Ya Allah, permudahlah urusanku, lancarkanlah lisanku, agar mereka mudah memahamiku.
FildzahPro, 30 Agustus 2013
Di Kelas XII IS 2, SMAN 47
PS : Mungkin ke depannya aku bakal lebih jarang nge-blog. Mesti fokus sama sekolah dulu nih. Nilaiku sering di bawah KKM (KKM-nya 80 -.-).
Soal "Honestly", setelah kurilis sampai chapter 7, Honestly akan hiatus cukup lama. Kapan mulai lagi, akan kuumumkan lagi nanti. Kalo aku diterima PTN di jalur undangan (SNMPTN) ya mungkin April atau awal Mei, tapi kalau nggak, mungkin akhir Mei atau Juni.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
Catatan perjalanan hidup sejak remaja hingga dewasa, bahkan mungkin sampai lanjut usia :)
Jumat, 30 Agustus 2013
Jumat, 16 Agustus 2013
Renungan Malam
Ya Allah, betapa celakanya aku ini. Bulan lalu aku begitu baik pada-Mu. Beda dengan sekarang. Kelalaianku malah semakin banyak.
Ya Allah, maaf karena aku hanya bisa menyesal dan terus meminta. Tolong hilangkanlah kegelisahanku, kuatkanlah diriku, dan permudahlah urusanku.
Ya Allah, jadikanlah aku hamba yang pandai bersyukur. Lenyapkanlah diriku yang suka mengeluh, buatlah aku bersyukur dan berusaha sebaik mungkin tanpa menyesali apa-apa yang belum kumiliki. Tolong hilangkan kejenuhan dalam hatiku.
Ya Allah, mungkin kini aku terlalu sibuk dengan dunia. Tolong bimbinglah aku agar selalu bisa mengingat-Mu, selalu kembali kepada-Mu. Aku tahu, seindah apapun dunia saat ini, pada akhirnya hati ini akan selalu ingin kembali kepada-Mu.
Ya Allah, terima kasih banyak atas segalanya yang telah Engkau berikan. Setiap air mata, ibadah, suara dan kebahagiaanku adalah rasa syukurku kepada-Mu.
Ya Allah, kasihilah kedua orang tua dan adik-adikku. Jangan biarkan mereka menanggung dosa yang dipercikkan oleh anak dan kakak mereka ini. Ampunilah mereka, berkahilah mereka karena sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu yang lebih baik daripadaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.
Ya Allah, selamatkanlah aku dari kebimbangan dan kekhilafan. Tenangkanlah hatiku dan hati orang-orang yang kukenal atau mengenalku. Bersihkan dan lancarkanlah lisan kami, sucikan hati kami, agar kami bisa lebih saling memahami.
Ya Allah, mungkin saat ini ada orang yang kudzalimi. Tolong ampunilah aku, tolong beri aku kemudahan dan keteguhan untuk menepati janji-janjiku. Lembutkanlah hati kami agar dapat saling meminta maaf dan memaafkan.
Ya Allah, walaupun sikapku buruk terhadap Engkau, Engkau selalu menolongku setiap saat. Kekuatan hati, ketabahan untuk tetap melangkah maju walau sambil menangis, Engkau selalu berikan semuanya untukku. Terima kasih ya Allah, walaupun aku terus berbuat salah dan menyesal, Engkau terus menemaniku setiap saat.
Ya Allah, maafkan diri ini jika pernah tidak ikhlas beribadah kepada-Mu. Hilangkanlah rasa malas pada hati dan tubuhku. Tumbuhkanlah kedewasaan dan kedisiplinan padaku. Tolong jadikanlah aku seseorang yang istiqomah dalam berbuat kebaikan.
Ya Allah, sesungguhnya malam ini aku telah mengkhianati kepercayaan seorang teman. Tolong berikanlah aku kekuatan untuk menempuh ujian-ujian dari-Mu dan dampak-dampak buruk perbuatanku. Tolong kuatkanlah aku untuk menempuh dunia ini, dan kembali kepada-Mu.
Rabbana atina fid dun'ya hasanah, wa fil akhiroti hasanah, wa kina adzabannaar...
Aamiin ya rabbal alamiin
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
Ya Allah, maaf karena aku hanya bisa menyesal dan terus meminta. Tolong hilangkanlah kegelisahanku, kuatkanlah diriku, dan permudahlah urusanku.
Ya Allah, jadikanlah aku hamba yang pandai bersyukur. Lenyapkanlah diriku yang suka mengeluh, buatlah aku bersyukur dan berusaha sebaik mungkin tanpa menyesali apa-apa yang belum kumiliki. Tolong hilangkan kejenuhan dalam hatiku.
Ya Allah, mungkin kini aku terlalu sibuk dengan dunia. Tolong bimbinglah aku agar selalu bisa mengingat-Mu, selalu kembali kepada-Mu. Aku tahu, seindah apapun dunia saat ini, pada akhirnya hati ini akan selalu ingin kembali kepada-Mu.
Ya Allah, terima kasih banyak atas segalanya yang telah Engkau berikan. Setiap air mata, ibadah, suara dan kebahagiaanku adalah rasa syukurku kepada-Mu.
Ya Allah, kasihilah kedua orang tua dan adik-adikku. Jangan biarkan mereka menanggung dosa yang dipercikkan oleh anak dan kakak mereka ini. Ampunilah mereka, berkahilah mereka karena sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu yang lebih baik daripadaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.
Ya Allah, selamatkanlah aku dari kebimbangan dan kekhilafan. Tenangkanlah hatiku dan hati orang-orang yang kukenal atau mengenalku. Bersihkan dan lancarkanlah lisan kami, sucikan hati kami, agar kami bisa lebih saling memahami.
Ya Allah, mungkin saat ini ada orang yang kudzalimi. Tolong ampunilah aku, tolong beri aku kemudahan dan keteguhan untuk menepati janji-janjiku. Lembutkanlah hati kami agar dapat saling meminta maaf dan memaafkan.
Ya Allah, walaupun sikapku buruk terhadap Engkau, Engkau selalu menolongku setiap saat. Kekuatan hati, ketabahan untuk tetap melangkah maju walau sambil menangis, Engkau selalu berikan semuanya untukku. Terima kasih ya Allah, walaupun aku terus berbuat salah dan menyesal, Engkau terus menemaniku setiap saat.
Ya Allah, maafkan diri ini jika pernah tidak ikhlas beribadah kepada-Mu. Hilangkanlah rasa malas pada hati dan tubuhku. Tumbuhkanlah kedewasaan dan kedisiplinan padaku. Tolong jadikanlah aku seseorang yang istiqomah dalam berbuat kebaikan.
Ya Allah, sesungguhnya malam ini aku telah mengkhianati kepercayaan seorang teman. Tolong berikanlah aku kekuatan untuk menempuh ujian-ujian dari-Mu dan dampak-dampak buruk perbuatanku. Tolong kuatkanlah aku untuk menempuh dunia ini, dan kembali kepada-Mu.
Rabbana atina fid dun'ya hasanah, wa fil akhiroti hasanah, wa kina adzabannaar...
Aamiin ya rabbal alamiin
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
Honestly Chapter 4
4.
Next Inside
"Kenapa tadi kau tidak menungguku
di dekat mesin penjual seperti biasa!?"
"Maaf, kemarin malam
ibumu menyuruhku menunggu di depan konbini* samping apartemenmu itu
lewat SMS," jawab Henji berusaha menjelaskan pada Michisa. "Malah sebenarnya
beliau memintaku menunggu dari depan apartemen kalian. Tapi aku tahu kau tidak
akan suka itu, makanya aku bilang pada beliau kalau aku akan menunggu di depan konbini saja. Aku minta
maaf."
Michisa menepuk keningnya kesal. Ibunya benar-benar berhasil
mengerjainya. Ia kaget bukan main melihat Henji tiba-tiba muncul saat ia baru
berjalan beberapa langkah dengan rambut kacau dari depan komplek apartemennya.
Padahal Henji biasanya menunggu di perempatan yang berjarak 15 meter dari konbini itu.
"Kau tahu tidak?! Kau tidak harus menuruti semua permintaan ibuku!!
Kau bisa menolak kalau memang tidak mau!!"
"Aku minta maaf," Henji menunduk menatap jalanan. "Saat
kutanya pada ayahku, beliau bilang orangtuamu sangat baik padanya. Katanya
ayahmu adalah salah satu teman terbaik yang ia punya. Aku hanya ingin ikut
membantu ayah membalas budi yang ia terima."
Michisa terdiam sesaat sampai akhirnya berkata,"ayahku berteman
dengan ayahmu?"
Henji agak terkesan dengan perubahan wajah Michisa yang tiba-tiba, tapi
ia tetap menjawab, "ya, begitulah. Ibumu memberitahu aku soal itu saat aku
pertama kali ke apartemenmu. Ternyata benar kalau kau tidak tahu."
Michisa mengangguk pelan. Henji melihat sedikit rona merah di wajah
Michisa. Saat itu Michisa tampak seperti memanggil kembali kenangan masa
lalunya. Memang benar kata Nona Reina kalau Michisa sangat mengagumi dan
menyayangi ayahnya.
"Ah, aku baru ingat sesuatu," Michisa akhirnya kembali memulai
pembicaraan setelah terhanyut dalam pikirannya sendiri selama beberapa menit.
"Ada apa?" Henji meresponnya.
"Kau ini penggemarnya Tasuku, ya?"
Henji sempat kaget untuk sesaat, namun ia segera mencoba untuk kembali tenang, "eh.. Ya,
begitulah. Bagaimana kau tahu?"
"Aku mendapatimu menyanyikan lagunya, dua hari yang lalu saat kau ada di pohon sakura. Aku kaget mendengar suaramu. Mirip sekali dengan
dia."
Dalam hatinya, Henji panik. Ia khawatir Michisa telah menyadari
identitas asli Tasuku. Kenapa ia begitu ceroboh bernyanyi di sembarang tempat
begitu? Ia senang akan pujian tidak langsung dari Michisa, tapi ia juga waswas.
Sudahlah, pura-pura tidak tahu saja. "Ah, terima kasih. Kau sendiri.. Apa
kau juga menyukai Tasuku?"
"Ehm, lumayan."
Mendengar jawaban langsung itu, Henji tertegun. Tak disangka ternyata Michisa adalah salah
satu penggemarnya. Dan kalau dipikir-pikir, entah kenapa hari ini ia bisa
mengobrol dengan Michisa seperti ini.
"Aku suka lagu-lagunya, membuatku terkenang banyak hal. Aku juga
antusias akan single keduanya yang
akan dirilis 2 minggu lagi."
Mendengar pengakuan Michisa, Henji tersenyum. Tasuku memang tidak akan
muncul bahkan untuk menemui penggemarnya. Ia hanya bisa mendengar pengakuan
penggemarnya sebagai Henji.
"Terima kasih. Tasuku pasti senang mengetahuinya."
"Kenapa berterima kasih padaku? Ah, hei, bicara apa saja aku
barusan??!"
*****
Setelah menghela nafas panjang, Henji menyimpan kembali ponselnya ke
dalam saku. Barusan ia berkirim email dengan Suzuki yang ada di London. Suzuki
bilang dia baik-baik saja. Mereka bicara cukup banyak hal, tapi pesan terakhir
Suzuki membuat Henji termenung.
"Kuharap kau bisa mencari teman
banyak selama aku tak ada, Henji."
"Teman banyak" katanya?
Belakangan dia memang sering bersama Michisa, tapi Henji merasa kalau Michisa
belum menganggapnya sebagai
teman. Atau mungkin Henji saja yang belum berani mengakuinya. Entah kenapa Henji sulit menemukan teman, teman dalam arti yang
sesungguhnya.
Henji berjalan menyusuri lorong. Ia lalu berpapasan dengan seorang siswa
yang terlihat sangat repot dengan barang bawaannya yang banyak. Henji
memberanikan diri menghampirinya.
"Permisi, ada yang bisa kubantu?"
Yang ditanya merespon dengan cepat, "ah! Terima kasih, tolong
bawakan yang ini..." Laki-laki itu berhenti sesaat dan menatap Henji.
"Eh? Tasunaga, ya?"
Henji agak terkesan mendengar namanya disebut. Ah, ternyata laki-laki
ini Ishimoto Kazuto. Teman sekelasnya waktu kelas satu dulu.
"Kau ingat padaku?"
"Apa katamu? Tentu saja! Kita 'kan pernah sekelas!"
Henji tersenyum tipis, "terima kasih."
"Kenapa berterima kasih padaku?"
"Ah, tidak apa-apa. Ini dibawa ke mana, Ishimoto-san?"
"Ke ruang OSIS, tolong ya. Dan tolong jangan memanggilku
Ishimoto-san, Tasunaga. Panggil Ishimoto saja. Bahkan kau boleh memanggilku
Kazuto," ucap Kazuto sambil tersenyum ceria.
Henji balas tersenyum. Baru-baru ini Kazuto terpilih menjadi ketua OSIS
SMA Nosaka. Sepertinya ia sangat sibuk. Apalagi festival olahraga juga akan
diadakan akhir bulan ini.
"Heeh... Ternyata kau ganteng juga ya kalau tersenyum, Tasunaga.
Badanmu juga tinggi~"
"Eh??" Wajah Henji berubah kebingungan. Ia tak menyangka kalau
orang lain pertama yang memujinya tampan ternyata laki-laki. Jadi bingung harus
merasa senang atau... apalah itu.
"Benar juga, ya. Kalau diingat baik-baik, ini pertama kalinya kita
saling bicara. Bahkan mungkin ini kali pertama aku mendengar suaramu,"
ucap Kazuto polos. "Habisnya dulu kau jarang bicara, jarang menegur,
jarang ditegur, jarang ditanya, jarang bertanya, nggak pernah nyanyi...
Syukurlah akhirnya sekarang kau bicara."
Kazuto terus mengajak Henji bicara sampai mereka tiba di ruang OSIS. Ia
ramah sekali. Dia selalu tersenyum, ceria, tapi juga tetap berwibawa.
"Aku mengerti. Jadi kau ini sekarang kelas 2-5. Kudengar kau sepupunya
Suzuki yang sedang pertukaran itu, ya?" Tanya Kazuto lagi sembari
membetulkan kacamatanya.
"Ya, benar."
"Sepertinya setelah dia pergi kau jadi sendirian terus, ya?"
Bagaimana dia bisa tahu? Selama ini Henji mengira tak ada seorangpun
yang memperhatikan soal itu.
"Kau sadar, ya?"
"Tentu saja. Aku suka memperhatikan orang, apalagi teman-teman
seangkatan kita. Itu kelebihanku."
Henji terdiam dalam perasaan kagum. "Kau memang hebat. Aku pergi
dulu, ya, Ishimoto. Berjuanglah," Henji pergi meninggalkan ruang OSIS.
"Terima kasih, Tasunaga! Kapan-kapan boleh aku minta bantuanmu
lagi?"
Henji tersenyum mengiyakan. Senang rasanya bisa bercakap-cakap dengan
orang yang hebat seperti Kazuto.
*****
Sebentar lagi musim semi berakhir. Suhu mulai bertambah panas, pohon
sakura juga mulai berguguran. Dan kini, hujan mulai sering turun. Benar-benar
pertanda bahwa musim panas akan datang.
Bulan lalu, Henji menyiapkan single
kedua Tasuku, Summer Alone, single
musim panas. Single itu akan rilis
dua minggu lagi dan akan dipromosikan mulai malam ini. Ada sebuah acara TV yang
akan menayangkan potongan video klip single-nya
itu.
Benar juga. Ngomong-ngomong soal video klip, tentu saja Tasuku juga tak
pernah muncul di video klipnya. Selama ini video klip Tasuku selalu dibintangi
oleh orang lain, di mana kisah dan skenarionya berupa film pendek yang diawasi
langsung oleh pamannya sendiri, Sugawara Daiichi. Yang Henji tahu, ia hanya
diperintahkan menyanyi, menulis lagu, dan berlatih. Soal lain diurus semua oleh
pamannya.
Satu musim panas lagi datang
Sebulan penuh dengan keluarga
Namun kini, di pantai ini
Aku melihatmu sendirian
Kulihat dirimu dari jauh
Mengapa kau sendirian?
Tanpa teman atau keluarga
Menerawang laut biru
Adakah yang engkau tutupi?
Kau bisa cerita apapun
Kubayangkan diriku di sana
Berdiri tepat di sisimu...
Henji menggumamkan lagu
barunya itu dengan perasaan santai. Ia bersandar pada pohon sakura tempat ia
biasa menunggu Michisa. Entah kenapa pohon ini selalu membuat Henji merasa
nyaman. Keheningan yang dibuatnya seolah meminta Henji bernyanyi, memperindah
suasana. Membuatnya
lupa bahwa bisa saja ada orang yang mendengarnya.
Kalau kau sendirian, datanglah
Aku akan menemanimu
Berada tepat di sisimu...
Berada tepat di sisiku...
Ini bukan lagi
Musim panas seorang diri
Tak terasa satu lagu telah habis disenandungkan Henji. Ia diam sejenak,
menghela nafas panjang. Lalu ia menarik punggungnya dari pohon itu. Ketika ia
menoleh ke belakang, ia mendapati Michisa di sana.
"Ha-Hanazawa-san!"
Michisa menatap Henji sejenak. Henji dibuatnya teringat peristiwa tadi
pagi. Jangan-jangan sekarang Michisa makin mencurigainya.
Ah, tapi lagu itu 'kan belum dipublikasikan. Santai sajalah...
"Ehm, mau pulang sekarang?" Henji mencoba memecah kesunyian.
Michisa mengalihkan pandangannya ke jalanan. Tanpa menjawab Henji, ia
menjauh dari laki-laki itu.
*****
"Kakak, lagu barumu akan ditampilkan di TV malam ini 'kan?"
Tanya Riho sambil menyerahkan segelas jus apel.
"Iya, kau benar. Sekarang acaranya baru mau mulai. Aku sendiri juga
mau lihat," jawab Henji. "Kau masih bisa merahasiakan Tasuku 'kan,
Riichan?"
"Tentu saja. Kakak nggak usah khawatir, aku bisa mengerti kenapa
Kakak nggak mau tampil di depan orang banyak."
Henji tersenyum. Walaupun Riho perempuan, Henji sangat akrab dengan
adiknya yang satu ini. Mereka hanya berbeda dua tahun. Henji kelas 2 SMA, Riho
kelas 3 SMP. Mereka sama-sama punya kesulitan dalam bergaul, sama-sama sulit
berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga mereka. Karena itulah Henji dan Riho bisa betul-betul
saling memahami dan saling mensyukuri keberadaan satu sama lain.
Henji dan Riho sangat bersyukur bahwa adik bungsu mereka, Harumi, tidak
seperti kakak-kakaknya. Harumi sangat ramah dan pandai bergaul. Ia sering
menceritakan saat-saat ia bermain dengan teman-temannya di sekolah. Bahkan
nyaris tiap minggu ada temannya yang datang ke rumah. Sebenarnya kalau bukan
ibu Henji yang mengajak dengan menawari temannya kue, mungkin tidak akan
sesering itu sih.
Kalau Riho, pernah ia dua kali membawa teman pulang ke rumah. Tapi semua
itu karena tugas kelompok. Rumahnya dipilih karena paling dekat dengan sekolah.
Karena tugas kelompok, mereka nyaris tidak membicarakan hal-hal seperti girls talk sama sekali. Toh, Riho memang
bukan teman akrab bagi rekan-rekan sekelompoknya.
Kalau Henji... Jangan ditanya, deh. Dia yang paling parah. Satu-satunya
teman sekolah yang pernah datang ke rumah hanya Suzuki. Suzuki juga sebenarnya
lebih tepat disebut sepupu daripada teman sekolah. Dulu, sebelum pindah rumah
ke daerah sini dua tahun lalu, ada tetangga yang sempat akrab dengan Henji.
Seorang laki-laki yang lebih tua 8 tahun darinya. Tapi karena pindah, mereka
terpisah dan belum pernah bertemu lagi. Kabar terakhir yang Henji dengar, orang
itu sudah menikah dan baru memperoleh anak pertamanya. Ia terasa begitu jauh dan
sibuk.
Ya sudahlah. Orang tua Henji dan Riho sendiri juga tidak mementingkan
berapa banyak teman yang mereka punya. Yang penting mereka bersikap baik dan
tidak mengecewakan satupun teman yang ada. Dan sifat baik itu sukses dimiliki
oleh mereka bertiga.
"Wow, ini sih luar biasa bagus, Kak!"
"Aku sendiri tak menyangka video klipnya sebagus ini! Paman memang
hebat!"
"Pasti laku keras lagi! Laku! Kerja bagus, Kak!"
Henji dan Riho berceloteh ria di depan televisi malam itu. Untuk sejenak
mereka lepaskan kesedihan dari sulitnya berteman, sebelum pergi sekolah lagi
keesokan harinya.
Henji tak tahu bahwa di tempat lain ada yang menatap televisi dengan
kecurigaan yang tuntas sudah. Bukti sudah sangat jelas. Tinggal memutuskan
apakah orang itu akan memastikannya sendiri atau tidak.
_______________________________________________________________
konbini : toko 24 jam (convenience store), salah satu contoh nyata adalah L*wson.
- Bersambung ke Chapter 5 -
Catatan Penulis :
Terlambat lagi nge-postnya hehee. Mungkin ke depannya saya akan merilis 1 chapter saja perbulan, harap maklum karena sekarang saya kelas 12 SMA, tingkat akhir sekolah. Mohon maaf atas perubahan ini...
Ngomong-ngomong, akhirnya di chapter ini keluar tokoh baru lagi, Ishimoto Kazuto. Di chapter-chapter berikutnya juga akan ada tokoh-tokoh baru (pastinya). Sedang berusaha melanjutkan novel ini di tengah kesibukan. Semangat!!!
Langganan:
Postingan (Atom)