Jumat, 27 Juni 2014

Kehilangan Ponsel (;_;)

Oke, ini pure banget salahku. Kejadiannya sekitar satu minggu sebelum pengumuman SNMPTN Undangan. Aku ceroboh main hape di tempat umum dan yah... Aku sepertinya kecopetan.

Pelajaran hidup. Oke. Baru kali ini ponselku hilang. Itu smartphone malah.

Hikmah ponselku hilang, aku bisa lebih serius belajar karena nggak terganggu smartphone lagi. Terus aku jadi lebih menghargai komunikasi. Bener deh. Waktu ada smartphone rasanya temen-temen gampang banget dihubungi, terus ada fasilitas grup biar bisa chat rame-rame. Informasi cepat menyebar. Tapi karena smartphone-ku hilang, aku ganti ke ponselku yang lama. Ponsel biasa. Sekedar SMS dan telepon aja. Mau menghubungi teman-teman jadi susah karena aku cuma tahu sedikit nomor ponsel mereka. Ada info apa-apa juga aku gak tahu.

Waktu dicopet, ponselku sedang dalam keadaan nggak berlangganan paket apa-apa. Display Picture BlackBerry Messenger yang kupasang terakhir kali itu screenshot dari anime Soredemo Sekai wa Utsukushii. Terus wallpaper terakhir, itu screenshot jadwal belajarku buat SBMPTN.

Yang paling kusesali dari hilangnya smartphone, yaitu data-data yang ada di sana. Bodohnya aku nggak bikin back-up. Musik-musik di situ, foto dan gambar, curhatan-curhatan asalku di memo, dan terutama, draft novelku. Ada total tiga novel yang kutulis dan kusimpan di ponsel, yaitu "Changin'", "IYA", dan "Honestly" yang sudah kupost di blog ini sampai chapter 8. Sebenarnya aku sudah menulis kalau nggak salah sampai chapter 12, tapi yah, draftnya hilang. Begitu saja.

Barangkali ini ujian buatku. Mungkin juga ini kesempatan untuk menulis ulang novel yang sudah kutulis. Semoga aku bisa. Semangat! ( ̄^ ̄)ゞ

Ujian Keterampilan SBMPTN 2014

Kali ini saya mau bagi2 pengalaman waktu ikut ujian keterampilan di ITB hari Kamis, 19 Juni 2014 yang lalu. Aku milih dua prodi yang mengharuskan ikut ujian keterampilan seni rupa, yaitu Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB di pilihan pertama dan DKV Universitas Sebelas Maret di pilihan ketiga. Dengan berbagai pertimbangan dan saran dari orang lain, aku dan keluarga sepakat untuk memilih lokasi ujian keterampilan di ITB, walaupun sebenarnya rumah kami di Jakarta.

Ada beberapa alasan kenapa aku memilih ujian di ITB :
- Kakak-kakak kelasku yang diterima semua ujian di sana
- di ITB gak ada ujian pengetahuan umum
- menurut guru bimbel Seni rupa, ujian di ITB lebih terorganisir
- walaupun pingin masuk FSRD dari kelas X, aku sama sekali belum pernah ke ITB
- sekalian pergi menjenguk adikku yang masuk pondok pesantren di Kuningan, Jawa Barat.

Untuk tahun ini, ITB ngadain ujian keterampilan dua hari, tanggal 18 dan 19 Juni. Tiap peserta cuma disuruh milih salah satu hari aja, terserah yang mana. Yang penting di kartu peserta SBMPTN tertulis kalau lokasi ujian keterampilannya di ITB. Tinggal registrasi di ITB pada pagi hari di hari ujian yang diinginkan. Registrasi dibuka pukul 09:00 sampai 11:00, sementara ujiannya sendiri dimulai pukul 13:00.

Karena aku dari luar kota, aku milih ujian hari kedua, tanggal 19 Juni. Aku sekeluarga berangkat tanggal 18 Juni sekitar jam 5 sore dari Jakarta. Rencananya kami menginap di Bandung semalam. Karena kalau berangkat pagi-pagi saat hari H, rasanya terlalu berisiko, sekalipun registrasi baru ditutup jam 11 siang.

Registrasi Peserta

Ditemani ayahku, sekitar jam 09.30 di hari ujian aku registrasi di ITB. Panitia udah bikin tenda khusus buat registrasi, dan meja registrasinya pun banyak banget, dipisah-pisah berdasarkan absen nama. Kelihatan banget kalo panitia siap menghadapi keramaian. Setelah registrasi, oleh panitianya aku disuruh nunggu pengumuman penempatan ujian jam 11 nanti. Maksudnya biar tahu aku ujian di Aula Barat atau di Aula Timur, terus aku masuk ke kelompok berapa.

Sambil nunggu jam 11 aku jalan-jalan aja sama ayahku keliling ITB. Oiya, informasi aja, pas hari ujian itu banyak banget pedagang yang menjual triplek ukuran A3 dan A2 buat alas gambar. Mereka juga menjual pensil berbagai ukuran ketebalan dan (katanya) soal-soal ujian keterampilan tahun lalu. Tapi aku nggak beli apa-apa. Aku nemu triplek ukuran A3 di pojokan tangga, dekat pohon, nggak terlalu mulus dan agak bengkok. Kupikir dibuang, jadi kuambil aja (parah banget emang). ( ̄(工) ̄)
Tapi setelah kuukur, alasnya nggak sebesar A3, dia agak lebih kecil :v
Aku nggak beli pensil karena memang udah punya. Aku juga nggak beli soal karena merasa aku sudah cukup banyak latihan. Pokoknya Bismillah aja.

Oh iya info lagi, peserta ujian yang lulus tahun ini semuanya pakai seragam putih abu-abu, sementara lulusan tahun lain pakai baju putih-gelap. Jadi kelihatan siapa yang lulusan tahun ini dan siapa yang bukan. Hampir semua peserta nunggu pengumuman penempatan di ITB, jadi di sekitar tempat registrasi bakal banyak banget peserta yang duduk-duduk. Udara di ITB hari itu juga sejuk, nyamanlah untuk menunggu.

Btw soal teman, yang aku tahu teman sekolahku yang juga mau masuk FSRD nggak ada yang tes di Bandung, tapi ternyata aku ketemu juga satu orang. Dan malah aku baru tahu dia jadi daftar ke FSRD (disampaikan dengan rada shock). Selebihnya sih, aku ketemu beberapa teman satu lesku di Villa Merah Gandaria. Enak juga ada orang yang udah dikenal, jadi nggak terlalu panik hehe.

Jam 11 tiba, tempat ujian pun diumumkan. Ternyata semua peserta yang ikut ujian hari ini ditempatkan di Aula Barat, karena Aula Timur dipakai untuk acara lain. Berarti peserta hari kedua nggak terlalu banyak, ya? Nggak bisa bayangin gimana ramenya ujian hari pertama, toh yang dipake sampe dua aula.

Di pengumuman itu, tertulis nomor peserta, namaku, lalu tulisan "Aula Barat 3". Artinya aku ujian di Aula Barat kelompok 3.


Pelaksanaan Ujian

Menjelang ujian aku terus berdoa agar aku dimampukan menjawab soalnya. Selepas melihat pengumuman, aku dan ayahku kembali ke penginapan sebentar untuk menjemput ibu dan adik-adikku sekaligus check-out. Setelah itu kami sholat dzuhur dan kembali lagi ke ITB. Kali ini ibuku yang menemaniku di dekat Aula Barat, menunggu ujian mulai. Ternyata, walaupun di jadwal tertulis ujian mulai jam 1 siang, 30 menit sebelumnya para peserta sudah diizinkan masuk. Aku pamit pada ibuku masuk ke ruang ujian. Yah, pamit yang mengharukan lagi, nggak beda dengan waktu ujian tulis. Aku lalu masuk ke Aula Barat. Penjaga di situ lalu menyuruh para pengantar untuk "menjauh dari Aula Barat" :|
Jujur, salah satu penyesalanku hari itu adalah aku nggak minta doa restu dulu dari ayahku. Padahal beliau yang secara fisik paling lelah karena mengantarku ke sana-sini selama SBMPTN. Tapi aku tahu beliau mendoakanku. Bismillah. Aku bisa. Orang tuaku sudah mengikutkan aku di bimbel seni rupa sejak September tahun lalu, aku sudah latihan, aku sudah berusaha, dan bismillah, aku sudah siap. Be happy, be happy, keep calm and be happy. Kalau menggambar harus bahagia, 'kan?

Di dalam Aula, kursi-kursi sudah diatur sedemikian rupa membentuk beberapa lingkaran. Satu lingkaran mungkin ada sekitar 15 kursi. Inilah yang dimaksud kelompok. Aku lekas menghampiri kelompok ketiga. Masih sepi, baru beberapa orang yang sudah ada di kelompokku. Justru ini kesempatan bagus, soalnya di tengah-tengah kami sudah terletak sebuah botol air mineral, dua buah pisang, setengah potong jeruk bali dan kardus yang biasa dipakai untuk nasi kotak. Ini pasti untuk ujian gambar stillife/objek kan? Kalau masih sepi begini, aku bisa milih sudut pandang di mana benda yang paling susah kugambar nggak terlalu kelihatan. Hehee (ini namanya strategi atau licik? -_-)

Panitia mulai mengumumkan untuk menyiapkan alat tulis dan mempersilahkan bagi yang ingin ke toilet terlebih dulu. Di sinilah kesalahanku. Aku nggak ke toilet sebelum ujian dimulai. Panitia juga ternyata menyediakan alas gambar ukuran A2 bagi yang tidak membawa. Setelah ragu cukup lama aku memutuskan untuk memakai alas dari panitia, karena alas-alas yang kubawa terlalu besar dan terlalu kecil, dan aku nggak mau gagal karena masalah teknis.

Setelah semua siap, panitia mulai membagikan kertas A3 dan soal pertama : gambar objek yang ada di depanmu. Waktunya 60 menit. Ujian dimulai tepat pukul satu siang. Waktu itu aku cuma berpikir satu hal : aku suka menggambar stillife. Iya, belakangan ini aku jadi suka menggambar stillife. Memang rasanya jengkel di awal karena bingung mana dulu yang harus digambar, tapi setelah selesai, rasanya ada kepuasan tersendiri.
Semua yang kupelajari selama bimbel seni rupa rasanya berguna. Aku harus menggambar dengan cepat, aku nggak boleh cuek dengan waktu. Aku nggak boleh cuek akan para peserta yang duduk di sampingku, tapi juga nggak boleh jatuh mental karena mereka. Aku melanggar ajaran bimbelku yang melarang memakai penghapus, karena aku menggambar kesalahan yang fatal.
Waktu 60 menit habis dan gambarku terbilang selesai, Alhamdulillah. Walaupun sebenarnya aku masih ingin menambahkan lagi kalau masih ada waktu. Jika dibandingkan dengan gambar peserta di sampingku, gambarku kelihatan bagus, tapi gak boleh terlalu percaya diri kan? Ini baru satu kelompok. Satu kelompok aja pasti ada sekitar tiga atau lebih orang yang gambarnya bagus dan SELESAI. Gambar bagus pun belum tentu diterima. Bismillah aja. Tetap optimis.

Selanjutnya, soal yang kedua : gambar suasana/ekspresi. Di soal kedua ini peserta diberi pilihan untuk memilih anak soal, yang pertama suasana di tempat makan, kedua suasana pulang sekolah, ketiga kalau gak salah suasana konser musik. Aku milih soal yang kedua. Waktu menggambar soal ini 90 menit. Barangkali aku menggambar rada ganas. Itu barangkali ajaran bimbelku lagi. Aku nggak boleh mikir lama-lama apa yang harus kugambar. Pikirin ide utamanya aja, terus gambar. Ternyata bener, sambil gambar, ide-ide mengalir keluar. Sambil terus menggambar, jangan mengabaikan waktu. Cek terus waktunya tinggal berapa menit. Lihat peserta-peserta lain, kalau kamu lihat gambar mereka udah penuh, kamu harus gambar lebih cepat lagi. Yang penting gambar kamu informatif dan selesai. Selesai, selesai, selesai.
Gila. Subhanallah walhamdulillah, aku yang paling susah gambar cepat ini ternyata bisa selesai gambar suasana di kertas A3 dalam 90 menit. Gambarku penuh, hampir semuanya diarsir. Walaupun seperti biasanya garisku gak setebal orang-orang lain. Gambarku selesai. Ideku lumayan. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah... ヽ(;▽;)ノ 

Di jeda istirahat soal kedua dan ketiga, aku menyempatkan diri ke toilet. Menurut perhitunganku masih ada waktu sekitar 10 menit sebelum soal ketiga dimulai. Ternyata di toilet ngantre sekitar 5 menit. Aku baru masuk ke aula lagi telat beberapa detik dari perkiraanku dimulainya soal ketiga. Tapi ternyata ujian sudah dimulai. Panitia sepertinya sengaja mulai lebih cepat.

Soal ketiga itu semacam psikotes. Tapi ternyata soalnya berbeda jenis dengan yang selama ini kupelajari. Soalnya beda. Beda banget mungkin. Gara-gara aku telat masuk, aku ketinggalan waktu untuk membaca petunjuk soal. Itu fatal banget kalau untuk ujian psikotes. Entah karena panik atau memang sebenarnya demikian, kata-kata di halaman petunjuk terasa ambigu buatku. Agak sulit dicerna. Psikotes itu cuma makan waktu 20 menit, sehingga ujian yang harusnya selesai pukul 17:00 jadi selesai 30 menit lebih cepat.

Setelah psikotes dikumpulkan, aku masih duduk di kursiku. Untuk soal pertama dan kedua aku bersyukur bisa menyelesaikannya dengan baik. Tapi selebihnya aku pasrah. Terutama untuk psikotes.
Aku sempat ngobrol dengan teman satu bimbel seni rupaku yang ternyata ada di kelompok sebelah. Ternyata keluhan kami sama : psikotes yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, juga petunjuk yang ambigu. Kami pasrah aja, juga mendoakan satu sama lain supaya lolos. Aku juga ngobrol sama teman satu sekolahku itu. Jujur baru kali itu aku ngobrol akrab sama dia. Soalnya di sekolah kami nggak dekat dan sama-sama pendiam hahaa...

Oke, terlepas nanti tanggal 16 Juli aku dinyatakan lolos atau nggak, aku senang bisa berkesempatan ikut ujian di sini. Aku akan tetap menggambar apapun hasilnya. Sekarang aku tinggal berdoa supaya aku dan teman-teman lolos SBMPTN dan mendapat hasil yang terbaik. Aamiin.

Terakhir, itu foto di samping Aula Barat, sebelum ujian mulai hehe.


Senin, 23 Juni 2014

Sharing aja : Ujian Tulis SBMPTN 2014

Hari Selasa, 17 Juni 2014, aku ikut SBMPTN Tulis. Berusaha kembali mengejar kampus idamanku. Agak sedikit kurang beruntung, aku dapat tempat ujian di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, jauh dari rumahku yang berada di pojokan Jakarta Selatan. Karena suatu faktor, aku nyaris telat sampai di lokasi ujian. Alhamdulillah nggak telat.

Gugup? Jelas. Aku takut gagal lagi. Tapi aku juga berusaha keras untuk tenang.
Aku menghibur diri, bahwa seperti yang pernah dibilang guru bimbelku, persiapan SBMPTN itu bukan 8 minggu ataupun setahun. Tapi tiga tahun sejak awal kita masuk SMA. Aku nggak tahu usahaku belakangan ini keras atau nggak. Tapi aku nggak terima kalau usahaku selama SMA ini dibilang gak keras. Setiap hari aku pergi karena kegiatan sekolah, bimbel, atau mentoring. Aku jarang libur. Nggak ada hari tanpa aku pergi keluar rumah. Tindakanku pasti berarti, ilmuku pasti nggak sia-sia.

Waktu mau pamit berangkat ujian, ibuku mendoakan sambil mengecup pipi kiri dan kananku. Beliau mendukungku, sangat mendukung. Rasanya seolah doa beliau mengalir padaku.
Saat pamit masuk ruang ujian, ayahku pun mengecup kepalaku sambil mengucapkan kalimat dukungan. Kurasa hari itu hari yang akan selalu kuingat. Jarang-jarang orang tuaku begini. Aku yang selama ini takut mereka tak mendukungku, kini tenang dan percaya diri.

Bismillah, aku mulai ujian. Tes Kemampuan dan Potensi Akademik menjadi yang pertama kuhadapi. Aku bisa mengerjakan lumayan banyak. Manajemen waktuku juga tak seburuk waktu Try Out di bimbel. Aku pasrah. Aku sudah mengerjakan yang aku bisa.
Berikutnya tes Sosial dan Humaniora. Aku mengerjakan sejarah 8 soal, sosiologi 14 soal, serta ekonomi dan geografi masing-masing 11 soal, dari total soal tiap pelajaran 15. Lumayan banyak, Alhamdulillah. Terutama sejarah. Biasanya kalau Try. Out aku hanya bisa mengerjakan sekitar 4 soal.
Tapi hasil SBMPTN ini gak bisa ditentukan dari banyaknya soal yang dikerjakan saja. Belum tentu poin yang didapat lebih besar. Aku sekarang hanya bisa berdoa dan berharap bisa memperoleh hasil yang terbaik.

Secara umum, Alhamdulillah SBMPTN tulis hari ini lancar. Alhamdulillah aku nggak ketinggalan barang apa-apa hari itu. Alhamdulillah ayahku bersedia mengantar-jemput ke tempat ujian, bahkan menunggui aku. Alhamdulillah saat aku mampir ke rumah eyang di perjalanan pulang, beliau pun bilang kalau beliau mendoakanku.

Hehe, Alhamdulillah, itu pengalamanku tentang ujian tulis SBMPTN. Yang mau tahu kisahku di ujian keterampilan, lihat post selanjutnya, ya. (o^^o)

Yang sedang menunggu jawaban,
Fildzah Nur Fadhilah