Ada beberapa alasan kenapa aku memilih ujian di ITB :
- Kakak-kakak kelasku yang diterima semua ujian di sana
- di ITB gak ada ujian pengetahuan umum
- menurut guru bimbel Seni rupa, ujian di ITB lebih terorganisir
- walaupun pingin masuk FSRD dari kelas X, aku sama sekali belum pernah ke ITB
- sekalian pergi menjenguk adikku yang masuk pondok pesantren di Kuningan, Jawa Barat.
Untuk tahun ini, ITB ngadain ujian keterampilan dua hari, tanggal 18 dan 19 Juni. Tiap peserta cuma disuruh milih salah satu hari aja, terserah yang mana. Yang penting di kartu peserta SBMPTN tertulis kalau lokasi ujian keterampilannya di ITB. Tinggal registrasi di ITB pada pagi hari di hari ujian yang diinginkan. Registrasi dibuka pukul 09:00 sampai 11:00, sementara ujiannya sendiri dimulai pukul 13:00.
Karena aku dari luar kota, aku milih ujian hari kedua, tanggal 19 Juni. Aku sekeluarga berangkat tanggal 18 Juni sekitar jam 5 sore dari Jakarta. Rencananya kami menginap di Bandung semalam. Karena kalau berangkat pagi-pagi saat hari H, rasanya terlalu berisiko, sekalipun registrasi baru ditutup jam 11 siang.
Registrasi Peserta
Ditemani ayahku, sekitar jam 09.30 di hari ujian aku registrasi di ITB. Panitia udah bikin tenda khusus buat registrasi, dan meja registrasinya pun banyak banget, dipisah-pisah berdasarkan absen nama. Kelihatan banget kalo panitia siap menghadapi keramaian. Setelah registrasi, oleh panitianya aku disuruh nunggu pengumuman penempatan ujian jam 11 nanti. Maksudnya biar tahu aku ujian di Aula Barat atau di Aula Timur, terus aku masuk ke kelompok berapa.
Sambil nunggu jam 11 aku jalan-jalan aja sama ayahku keliling ITB. Oiya, informasi aja, pas hari ujian itu banyak banget pedagang yang menjual triplek ukuran A3 dan A2 buat alas gambar. Mereka juga menjual pensil berbagai ukuran ketebalan dan (katanya) soal-soal ujian keterampilan tahun lalu. Tapi aku nggak beli apa-apa. Aku nemu triplek ukuran A3 di pojokan tangga, dekat pohon, nggak terlalu mulus dan agak bengkok. Kupikir dibuang, jadi kuambil aja (parah banget emang). ( ̄(工) ̄)
Tapi setelah kuukur, alasnya nggak sebesar A3, dia agak lebih kecil :v
Aku nggak beli pensil karena memang udah punya. Aku juga nggak beli soal karena merasa aku sudah cukup banyak latihan. Pokoknya Bismillah aja.
Oh iya info lagi, peserta ujian yang lulus tahun ini semuanya pakai seragam putih abu-abu, sementara lulusan tahun lain pakai baju putih-gelap. Jadi kelihatan siapa yang lulusan tahun ini dan siapa yang bukan. Hampir semua peserta nunggu pengumuman penempatan di ITB, jadi di sekitar tempat registrasi bakal banyak banget peserta yang duduk-duduk. Udara di ITB hari itu juga sejuk, nyamanlah untuk menunggu.
Btw soal teman, yang aku tahu teman sekolahku yang juga mau masuk FSRD nggak ada yang tes di Bandung, tapi ternyata aku ketemu juga satu orang. Dan malah aku baru tahu dia jadi daftar ke FSRD (disampaikan dengan rada shock). Selebihnya sih, aku ketemu beberapa teman satu lesku di Villa Merah Gandaria. Enak juga ada orang yang udah dikenal, jadi nggak terlalu panik hehe.
Jam 11 tiba, tempat ujian pun diumumkan. Ternyata semua peserta yang ikut ujian hari ini ditempatkan di Aula Barat, karena Aula Timur dipakai untuk acara lain. Berarti peserta hari kedua nggak terlalu banyak, ya? Nggak bisa bayangin gimana ramenya ujian hari pertama, toh yang dipake sampe dua aula.
Di pengumuman itu, tertulis nomor peserta, namaku, lalu tulisan "Aula Barat 3". Artinya aku ujian di Aula Barat kelompok 3.
Pelaksanaan Ujian
Menjelang ujian aku terus berdoa agar aku dimampukan menjawab soalnya. Selepas melihat pengumuman, aku dan ayahku kembali ke penginapan sebentar untuk menjemput ibu dan adik-adikku sekaligus check-out. Setelah itu kami sholat dzuhur dan kembali lagi ke ITB. Kali ini ibuku yang menemaniku di dekat Aula Barat, menunggu ujian mulai. Ternyata, walaupun di jadwal tertulis ujian mulai jam 1 siang, 30 menit sebelumnya para peserta sudah diizinkan masuk. Aku pamit pada ibuku masuk ke ruang ujian. Yah, pamit yang mengharukan lagi, nggak beda dengan waktu ujian tulis. Aku lalu masuk ke Aula Barat. Penjaga di situ lalu menyuruh para pengantar untuk "menjauh dari Aula Barat" :|
Jujur, salah satu penyesalanku hari itu adalah aku nggak minta doa restu dulu dari ayahku. Padahal beliau yang secara fisik paling lelah karena mengantarku ke sana-sini selama SBMPTN. Tapi aku tahu beliau mendoakanku. Bismillah. Aku bisa. Orang tuaku sudah mengikutkan aku di bimbel seni rupa sejak September tahun lalu, aku sudah latihan, aku sudah berusaha, dan bismillah, aku sudah siap. Be happy, be happy, keep calm and be happy. Kalau menggambar harus bahagia, 'kan?
Di dalam Aula, kursi-kursi sudah diatur sedemikian rupa membentuk beberapa lingkaran. Satu lingkaran mungkin ada sekitar 15 kursi. Inilah yang dimaksud kelompok. Aku lekas menghampiri kelompok ketiga. Masih sepi, baru beberapa orang yang sudah ada di kelompokku. Justru ini kesempatan bagus, soalnya di tengah-tengah kami sudah terletak sebuah botol air mineral, dua buah pisang, setengah potong jeruk bali dan kardus yang biasa dipakai untuk nasi kotak. Ini pasti untuk ujian gambar stillife/objek kan? Kalau masih sepi begini, aku bisa milih sudut pandang di mana benda yang paling susah kugambar nggak terlalu kelihatan. Hehee (ini namanya strategi atau licik? -_-)
Panitia mulai mengumumkan untuk menyiapkan alat tulis dan mempersilahkan bagi yang ingin ke toilet terlebih dulu. Di sinilah kesalahanku. Aku nggak ke toilet sebelum ujian dimulai. Panitia juga ternyata menyediakan alas gambar ukuran A2 bagi yang tidak membawa. Setelah ragu cukup lama aku memutuskan untuk memakai alas dari panitia, karena alas-alas yang kubawa terlalu besar dan terlalu kecil, dan aku nggak mau gagal karena masalah teknis.
Setelah semua siap, panitia mulai membagikan kertas A3 dan soal pertama : gambar objek yang ada di depanmu. Waktunya 60 menit. Ujian dimulai tepat pukul satu siang. Waktu itu aku cuma berpikir satu hal : aku suka menggambar stillife. Iya, belakangan ini aku jadi suka menggambar stillife. Memang rasanya jengkel di awal karena bingung mana dulu yang harus digambar, tapi setelah selesai, rasanya ada kepuasan tersendiri.
Semua yang kupelajari selama bimbel seni rupa rasanya berguna. Aku harus menggambar dengan cepat, aku nggak boleh cuek dengan waktu. Aku nggak boleh cuek akan para peserta yang duduk di sampingku, tapi juga nggak boleh jatuh mental karena mereka. Aku melanggar ajaran bimbelku yang melarang memakai penghapus, karena aku menggambar kesalahan yang fatal.
Waktu 60 menit habis dan gambarku terbilang selesai, Alhamdulillah. Walaupun sebenarnya aku masih ingin menambahkan lagi kalau masih ada waktu. Jika dibandingkan dengan gambar peserta di sampingku, gambarku kelihatan bagus, tapi gak boleh terlalu percaya diri kan? Ini baru satu kelompok. Satu kelompok aja pasti ada sekitar tiga atau lebih orang yang gambarnya bagus dan SELESAI. Gambar bagus pun belum tentu diterima. Bismillah aja. Tetap optimis.
Selanjutnya, soal yang kedua : gambar suasana/ekspresi. Di soal kedua ini peserta diberi pilihan untuk memilih anak soal, yang pertama suasana di tempat makan, kedua suasana pulang sekolah, ketiga kalau gak salah suasana konser musik. Aku milih soal yang kedua. Waktu menggambar soal ini 90 menit. Barangkali aku menggambar rada ganas. Itu barangkali ajaran bimbelku lagi. Aku nggak boleh mikir lama-lama apa yang harus kugambar. Pikirin ide utamanya aja, terus gambar. Ternyata bener, sambil gambar, ide-ide mengalir keluar. Sambil terus menggambar, jangan mengabaikan waktu. Cek terus waktunya tinggal berapa menit. Lihat peserta-peserta lain, kalau kamu lihat gambar mereka udah penuh, kamu harus gambar lebih cepat lagi. Yang penting gambar kamu informatif dan selesai. Selesai, selesai, selesai.
Gila. Subhanallah walhamdulillah, aku yang paling susah gambar cepat ini ternyata bisa selesai gambar suasana di kertas A3 dalam 90 menit. Gambarku penuh, hampir semuanya diarsir. Walaupun seperti biasanya garisku gak setebal orang-orang lain. Gambarku selesai. Ideku lumayan. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah... ヽ(;▽;)ノ
Di jeda istirahat soal kedua dan ketiga, aku menyempatkan diri ke toilet. Menurut perhitunganku masih ada waktu sekitar 10 menit sebelum soal ketiga dimulai. Ternyata di toilet ngantre sekitar 5 menit. Aku baru masuk ke aula lagi telat beberapa detik dari perkiraanku dimulainya soal ketiga. Tapi ternyata ujian sudah dimulai. Panitia sepertinya sengaja mulai lebih cepat.
Soal ketiga itu semacam psikotes. Tapi ternyata soalnya berbeda jenis dengan yang selama ini kupelajari. Soalnya beda. Beda banget mungkin. Gara-gara aku telat masuk, aku ketinggalan waktu untuk membaca petunjuk soal. Itu fatal banget kalau untuk ujian psikotes. Entah karena panik atau memang sebenarnya demikian, kata-kata di halaman petunjuk terasa ambigu buatku. Agak sulit dicerna. Psikotes itu cuma makan waktu 20 menit, sehingga ujian yang harusnya selesai pukul 17:00 jadi selesai 30 menit lebih cepat.
Setelah psikotes dikumpulkan, aku masih duduk di kursiku. Untuk soal pertama dan kedua aku bersyukur bisa menyelesaikannya dengan baik. Tapi selebihnya aku pasrah. Terutama untuk psikotes.
Aku sempat ngobrol dengan teman satu bimbel seni rupaku yang ternyata ada di kelompok sebelah. Ternyata keluhan kami sama : psikotes yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, juga petunjuk yang ambigu. Kami pasrah aja, juga mendoakan satu sama lain supaya lolos. Aku juga ngobrol sama teman satu sekolahku itu. Jujur baru kali itu aku ngobrol akrab sama dia. Soalnya di sekolah kami nggak dekat dan sama-sama pendiam hahaa...
Oke, terlepas nanti tanggal 16 Juli aku dinyatakan lolos atau nggak, aku senang bisa berkesempatan ikut ujian di sini. Aku akan tetap menggambar apapun hasilnya. Sekarang aku tinggal berdoa supaya aku dan teman-teman lolos SBMPTN dan mendapat hasil yang terbaik. Aamiin.
Terakhir, itu foto di samping Aula Barat, sebelum ujian mulai hehe.
hey, thanks a lot for sharing :D
BalasHapushai terimakasih untuk infonya, mau tanya kl saya pilih satu jurusan desain/seni di uns saja, trs ujian keterampilan harus di uns atau bisa di itb?
BalasHapusinfo seragam di hari ujian keterampilan diumumkan dimana ya?