Senin, 22 April 2013

JKT48 - Kitagawa Kenji

So finally we can see JKT48's performance in the 2nd AKB48 Kouhaku Taikou Utagassen last year. They performed NMB48's 7th Single, Kitagawa Kenji. They are not bad, I really mean it.

Here is the video :


And Here is the lyrics (There may be some mistakes, sorry). How to read in Bahasa Indonesia is quite similar to read Romaji, but it has more consonant than Romaji, and there are two ways of reading letter "e" too.

Indonesian

Sudah kepikiran dari dulu
Gosip yang beredar sedikit
Cowok yang dulu itu jadi pacarmu

Tidak ingin kutemui tapi
Dan dengan tidak sengaja kita
Dan dia bertemu di kafetaria

Sambil seolah memberi
Kedipan yang jahil
Kamu menunjuk dengan ujung dagu

Look at Are ga Kitagawa Kenji da
Kamu pun berbisik dengan lembutnya
Reaksi dariku kamu nikmati
Look at Masa ni Kitagawa Kenji da
Aku pun menjadi sedikit kesal
Sekali lagi kupeluk dirimu yang saat ini

Look at Are ga Kitagawa Kenji da
Kamu sengaja bersuara keras
Supaya cinta yang sekarang diuji
Look at Tsumari Kitagawa Kenji da
Kemudian diriku pun mengerti
Sekarang dirimu menjadi cantik
Karena dirinya



P.S.

Kinal, the present Captain of Team J, tweeted this after they performed Kitagawa Kenji
"Look at are ga Angga Balenk Agustian~"
I don't know why, but I laughed.

(Angga Balenk Agustian, or usually be called by members with "Kak Angga"/Brother Angga, is the Talent Manager of JKT48)

Home Stay 2011

Attention sebelumnya, ini sebenarnya post dari blog sebelumnya. Sengaja di-repost karena blog yang lama mau dihapus. Terima kasih... :)

-------------

Home Stay. Program pengganti Super Camp yang betul-betul khusus diadakan untuk kelas IX. Pada awalnya memang respon para siswa/i kelas IX agak negatif. Kenapa mereka harus merelakan tahun terakhir tanpa Super Camp yang serunya begitu istimewa itu? Kenapa harus Home Stay?

Tapi pikiran itu hilang semudah munculnya. Terdengar ekspresi hati mereka begitu selesai menjalani Home Stay.

“Hehe. Oke juga ternyata,” gitu kata mereka.

Begitulah Home Stay. Kegiatan menginap tiga hari dua malam di daerah perumahan penduduk yang awalnya dituduh “nggak asyik”. Tapi sebenarnya—barangkali kami lupa—bagi kami siswa/i SMP Islam Plus Baitul Maal, mendapat pengalaman baru—itu yang namanya “asyik”.

Nah, sekarang, biar aku ceritakan semua pengalamanku dari persiapan sampai pulang Home Stay, sebisa yang kuingat.

Beberapa hari sebelum Home Stay, kami siswa/i kelas IX, angkatan 4 SMPIP Baitul Maal dikumpulkan di ruang Kelas IPS. Dan di sana, wali kelas kami tersayang—Pak Yayat dan Bu Erma memberikan briefing pada kami calon peserta Home Stay. Pagi sebelumnya di hari yang sama, Bu Erma sudah mengumumkan pada para siswi pembagian kelompoknya. Hasilnya, aku terkumpul bersama teman-teman sesama absen genap di bawah nama Suku Ngarai, dan aku dipilih jadi kepala sukunya.Dan setelah briefing itu kami rapat seangkatan karena nanti di sana ada acara yang harus kami panitiai bersama.

Jujur aja, aku nggak begitu puas dengan rapat itu. Setelah rapat selesai, kami rapat perkelompok. Apa yang kami diskusikan sih sebenarnya? Rahasia ya… nanti juga tahu.

Selain rapat itu, banyak lagi yang kami persiapkan. Mulai dari menyiapkan parcel yang ditugaskan perkelompok, serta name tag tanda peserta. Kami juga menyiapkan barang-barang pribadi. Untuk acara kali ini, aku memakai ransel gunung yang biasa kupakai kalau Super Camp. Alat makan, alat sholat, Al Qur’an, alat mandi dan baju-bajuku, tentu semua aku bawa. Aku juga membawa Memory Card SD serta alat tulis. Anehnya, aku sedih banget nggak bawa Flash Disk. Soalnya aku diminta untuk mendesain Name Tag untuk seluruh peserta Home Stay, dan aku juga menerima tawaran untuk membuat spanduk Home Stay. Beberapa hari sebelum berangkat, Flash Disk-ku dipinjam untuk mencetak spanduk, dan ternyata sampai hari H belum dibalikin juga. -_-


Akhirnya tibalah, Senin, 20 Desember 2010, hari H. Aku bangun pagi-pagi sekali, menyiapkan diriku dan segala sesuatu yang belum sempat kusiapkan kemarin malam—sikat gigi misalnya. Lalu dengan was-was aku pergi diantar abi ke Alfa Midi dekat STAN, lokasi kumpul kami. Kukira aku bakal naik bus mini ber-AC yang lumayan nyaman, tapi alangkah kagetnya aku begitu melihat dua bus seukuran Metro Mini yang—bisa ditebak kan?—ber-AC alam. Untungnya bersih, sih. Bus yang satu untuk kelas 9A, yang satu lagi untuk 9B. Jujur aja nih, sebenarnya kelas 9B + guru-guru Akhwat + barang-barang mereka tuh nggak muat masuk ke bus itu. Di luar dugaan barang bawaan kami gede-gede. Tapi untungnya dengan “Bismillah” dan sedikit paksaan, kami semua bisa masuk. Kemudian, dimulailah perjalanan kami…

Perjalanan kami mulai dengan membaca do’a dan Dzikir Al-Ma’tsurat dengan dipimpin oleh Icha dari suku pimpinanku. Sebenarnya selama di bus dia juga teman sebangkuku sih… Dengan berbekal toa dia pimpin dah itu Al-Ma’tsurat. Setelah membaca Al-Ma’tsurat, gantian aku pegang toa untuk memimpin muroja’ah. Dan setelah kami selesai muroja’ah, acara kami bebas. Ada yang makan, bercanda, ketawa-ketawa, tidur , ngobrol dan foto-foto. Ada yang beda dari perjalanan-perjalanan sebelumnya. Kalo ada anak-anak yang kami lewati, kami nggak nyorakin satu sama lain. Malah kami bikin rame dengan bersorak gembira bersama mereka. 

Setelah sekitar tiga sampai empat jam kemudian, kami sampai di lokasi kami akan bermalam. Walaupun nggak seperti villa pada umumnya, beberapa orang menyebutnya “villa”. Saat kami datang, Pak Kosasih, pemilik villa tersebut menyambut kami. Oleh beliau kami dipersilahkan meletakkan barang-barang dan beristiharat. Di samping jalan masuk ke villa ada beberapa kolam ikan yang kami lihat. Dan begitu kami masuk, terlihat saung dan sebuah bangunan merah muda. Bangunan merah muda yang memanjang ke belakang itu akan ditempati oleh para guru. Di lantai atas bangunan itu ada kamar lagi, tapi bentuknya saung. Di sanalah anak-anak kelas 9A tidur nanti malam.

Gimana dengan 9B? Semakin masuk ke daerah villa dan melewati tanaman-tanaman cabai, terdapat bangunan merah muda yang memanjang ke samping. Di situlah kamar 9B. Jujur aja, kamarnya kurang cukup buat kami bersembilan belas, tapi kami usahakan semua bisa di situ. Di sebelah kamar kami itu ada kamar mandi tertutup dan kamar mandi yang agak lebih terbuka. Di belakangnya persawahan. Anak-anak 9B banyak yang suka duduk di teras kamar dan ngobrol-ngobrol. Kami serasa jadi murid asrama deh…

Setelah kami selesai membereskan barang dan menggelar tikar, kami duduk beristirahat sambil bercakap-cakap ria. Kemudian kami mulai membungkus parcel yang nantinya akan diberikan pada hari terakhir. Usainya, kami makan siang. Lalu kami sholat Jama’ Qashar Dzuhur-Ashar dan tilawah Al-Qur’an sembari menunggu dimulainya acara pembukaan.

Akhirnya tibalah waktunya pembukaan. Disampaikanlah sambutan-sambutan dari Pak RT (kami dikira beliau mahasiswa yang lagi KKN lho… E he he…), Om Anton selaku tokoh masyarakat sekaligus tour guide kami, Bu Rina selaku kepala sekolah, dan Bu Erma selaku PJ kegiatan Home Stay. Home Stay dibuka secara simbolis oleh Pak Yayat dengan memukul kentongan.

Acara pembukaan selesai. Berikutnya kami akan keliling desa sekaligus briefing tempat-tempat yang bisa kami observasi esok hari ditemani Om Anton. O, ya, walaupun kami memanggil beliau “Om Anton”, sebenarnya usia beliau sudah sekitar 76 tahun lho! Beliau memiliki rambut dan janggut putih yang panjang. Barangkali kalau baru pertama lihat bakal agak bergidik rasanya. Tapi asli, deh! Om Anton baik banget. Kami tanya apa saja beliau pasti menjawabnya dengan baik. Beliau bagai buku berjalan bagi kami saat itu.

Nah, sekarang balik lagi ke briefing! Pertama-tama kami mendatangi Running Water, yaitu peternakan ikan dengan kolam yang airnya dialiri dari sungai dan dialirkan kembali ke sungai pula. Setelah itu kami bergerak dari sana ke Sungai Cinangneng. Kata Om Anton, batu-batu di sungai itu dulu dijadikan pondasi Masjid Istiqlal, Gelora Bung Karno dan Bandara Halim Perdanakusuma. Dulu batu-batu di sana banyak banget, tapi karena udah diambil-ambilin sekarang jadi tinggal sedikit. Saat kami ke sana, airnya agak keruh. Katanya sih gara-gara sekarang lagi musim hujan. Kalau musim kemarau, biasanya air sungainya jernih.

Dari sungai Cinangneng, kami pergi melihat Industri Rumahan Bunga Kering. Bagus-bagus lho bunganya! Warna-warnanya lucu… ha ha… Selama perjalanan ke sana, kebetulan kami bertemu para warga yang sedang bergotong-royong membangun masjid. Bukan cuma bapak-bapak lho! Ibu-ibu sampai anak kecil juga ikutan bantu. Sekalian, kami juga ikut-ikutan bantu. Katanya mereka kerja dari pagi. Bahan-bahannya dibeli dari hasil patungan mereka. Duh, bener-bener ya. Anehnya, selama membantu mereka bergotong-royong yang kurasakan bukan lelah, tapi justru rasa kagum dan bahagia. Setelah menyaksikan sendiri kegiatan ini, aku betul-betul terpesona sama kekeluargaan yang dimiliki warga daerah. Mereka saling bantu-bantu tak kenal usia maupun kedudukan. Di rumahku sih, boro-boro kayak gitu. Kenal sama tetangga sebelah aja aku nggak. Baru deh, aku ngerti pandangan orang luar yang bilang kalau orang Indonesia itu ramah-ramah. Ternyata yang seperti ini maksudnya. 

Selanjutnya, kami pergi ke Peternakan Ikan Koi. Di sana kami melihat…ngg… ikan Koi? Ah, nggak. Yang kami liat di sana justru aksi mas-mas yang lagi nangkep ikan bawal buat dijual. -_-

Yah, sudahlah, kita pindah tempat ya! Tujuan terakhir kami adalah Peternakan Lobster & Kelinci yang ada di seberang villa. Dekat sih tempatnya. Cari sensasi jauh-jauh dulu nggak apa ‘kan? :D Di peternakan lobster milik Om Anton itu, kami diberi tahu bagaimana lobster kawin, bertelur dan tumbuh besar serta bagaimana cara membedakan lobster jantan dan betina. Sedangkan soal kelinci kami hanya diberitahu Om Anton jenis-jenis dan cara merawatnya, berhubung pemiliknya sedang tidak ada di tempat. Nah, dengan begini berakhirlah briefing kami. Sekarang kami kembali villa untuk mandi sore dan bersiap-siap sholat.

Nggak ada yang spesial malam itu. Setelah sholat jama’ Qashar Maghrib-Isya, dengan disaksikan seluruh rombongan, para kepala suku mengambil undian. Undian ini akan menentukan apa yang akan suku mereka observasi besok. Sebelumnya, kuberitahu dulu nih. 9A dan 9B masing-masing terbagi dari dua suku. Jadi, totalnya ada empat suku. Suku pertama itu Suku Pantai, kepala sukunya Ilham. Kemudian ada Suku Sungai dengan kepala suku Emiel. Terus ada Suku Lembah dengan kepala suku Ermi dan terakhir, Suku Ngarai dengan kepala suku aku. Hasil undiannya nih, sukuku kedapetan Peternakan Lobster sekaligus Peternakan Kelinci, Lembah dapat Industri Kerajinan Bunga Kering, Pantai dapat Peternakan Ikan Koi (kalo nggak salah, ya) dan sungai kebagian Running Water. Awalnya sukuku senang dapat tempat observasi yang dekat, dan aslinya memang itu yang mereka harapkan. Sewaktu mengambil undian aku menampung harapan anggota-anggota sukuku itu, dan memutuskan untuk memilih berdasarkan nomor takdirku, satu. Kuambil yang paling kiri dari kertas yang dijejerkan di depanku, dan hasilnya kami beneran dapet itu. Tapi yaah… lama-lama anggota-anggota sukuku kesal juga karena hanya suku kami yang mengobservasi dua tempat sekaligus, alias laporannya bakal lebih panjang.

Yah udahlah diterima saja -_- setelah pengundian itu kami makan malam. Ngomong-ngomong, selama di sana kami dapat makan dari warga di sana. Pesen catering kok. Tenang aja. Habis makan kami membuat Berita Acara, diskusi kelompok soal evaluasi kegiatan hari itu serta merencanakan kegiatan kami besok. Setelah itu kami istirahat dan disusul tidur. Ternyata kamar tidur kami itu memang sempit. Buktinya empat kawan kami, Dhilah, Upik, Nauroh dan Tasya akhirnya keluar kamar dan tidur di tempat lain.


Tibalah hari kedua, Selasa, 21 Desember 2010. Kami bangun dengan lancar pagi itu. Semua bisa Qiyamulail sama-sama. Memang sih, akhwatnya agak telat. Tapi syukur masih sempat. Usai subuh kami Al-Ma’tsurat pagi. Setelah itu kami senam pagi dan lari-lari keliling villa. Kemudian kami mandi dan sarapan, lalu bersiap-siap untuk mengobservasi tempat yang sudah ditentukan.

Sukuku berangkat mengobservasi sekitar pukul 09.30. Berhubung Pak Anton sedang ada urusan, Pak Jati menggantikan Pak Anton menemani kami. Beliau menjelaskan pada kami semua tentang lobster, mulai dari sejarahnya, tempat hidupnya, cara mengembangbiakkannya, makanannnya, perilakunya, cara mengukurnya serta jenis-jenisnya. Sedangkan untuk soal kelinci kami akhirnya bertemu pemilik peternakannya, yaitu Pak Sadim. Bersama Pak Jati beliau menunjukan segala hal tentang kelinci pada kami. Waktu kami mengobservasi, tahu-tahu ada kelinci yang kabur lho! Untungnya dia bisa kami tangkap, setidaknya sebelum dia benar-benar hilang atau tertabrak kendaraan yang berlalu-lalang.

Akhirnya observasi berakhir. Kami kembali ke villa untuk istirahat, sholat dan makan siang. Setelah itu kami bersiap-siap melaksanakan agenda yang mati-matian kami rapatkan. Apakah itu? Hee… kami akan bermain alias mengadakan outbound kecil-kecilan untuk anak-anak Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) sekitar. Aku memegang toa, memimpin teman-temanku pergi ke lokasi bersama para guru. Sesampainya di sana, aku, Ermi, Fahmi dan Emiel membuka acara sekaligus memberi salam dan memperkenalkan diri kepada anak-anak TPA dan orang tua mereka. Setelah itu, dimulailah permainan kami.

Suku Ngarai membuat permainan “Estafet Karet” dan “Vampir Cina”. Agak susah mengatur anak-anak itu, soalnya mereka masih kecil-kecil. Barangkali paling tua usianya baru sepuluh tahun. Perhatian mereka juga banyak tertarik ke permainan “Tiup Balon Sampai Pecah”-nya Suku Sungai. Tapi syukurlah, semuanya bisa menikmati permainan dengan baik.

Sore harinya, kami kembali ke villa. Coba tebak sekarang kami ngapain? Kami bakal lomba nangkep ikan! Hahaha…! Jadinya nih, kami disuruh nagkep ikan di air yang keruh. Bener-bener susah deh! Padahal guru-guru bilang ada 20 ekor ikan di kolam keruh itu. Kelompok akhwat alias 9B nyoba nangkep duluan, setelah itu baru kelompok ikhwan alias 9A. Kelompok Akhwat Cuma dapet sekitar 4-6 ikan. Nah, ikhwan yang kena untungnya! Ikan-ikan itu udah keburu mabuk karena sebelumnya kelompok akhwat telah mengobok-obok air mereka tanpa henti. Hasilnya, semua ikan bisa ditangkap oleh ikhwan. Setelah menangkap ikan itu, kami mandi sembari bergantian membakar ikan. Enak juga ikannya, lumayan… he he…

Usai bersih-bersih, sholat dan makan malam, kami bersiap-siap untuk presentasi. Karena nggak ada tempat yang cukup luas untuk kami berpresentasi sambil ditonton satu angkatan, akhirnya acara presentasi dibagi dua kloter, yakni perkelas, dan diadakannya di saung. Kelas 9B presentasi duluan, 9A belakangan. Presentasi berjalan lancar sih… walaupun banyak hal bagai tekanan yang memburu… haha… Yahh… setelah presentasi laporan pengamatan itu, kami langsung bersiap-siap untuk tidur.


Akhirnya datanglah, Rabu, 22 Desember 2010, hari terakhir Home Stay kami. Nyaris sehari penuh sisa waktu di sana kami nggak ada kegiatan apa-apa lagi. Cuma beres-beres, dan keliling desa untuk terakhir kalinya. Saat anak-anak kelas 9A tidur (malemnya kurang tidur, mereka semua bangun sholat lail, jadi abis subuh mereka tidur lagi. Sedangkan 9B nyaris semuanya ngaret dan nggak sempet sholat lail -_-), kelas 9B jalan-jalan dan foto-foto di Sungai Cinangneng. Setelah puas, mereka kembali ke villa untuk sarapan dan bersih-bersih. Bersih-bersihnya… bersih-bersih total! Kan mau pulaang… XD Saat matahari sudah tinggi, kami gelarlah acara penutupan. Isinya pemberian kenang-kenangan berupa ucapan terima kasih dan parcel bingkisan kami. Ternyata punya sukuku diberikan kepada Om Anton. Sayangnya Om Anton berhalangan hadir saat itu sehingga pengambilan kenang-kenangan diwakili oleh putrinya. Usai memberikan kenang-kenangan, acara ditutup dengan pemukulan kentongan kembali oleh Pak Yayat. Setelah itu kami berfoto bersama dulu untuk terakhir kalinya. Ternyata spanduk Home Stay yang kudesain itu diminta Pak Kosasih untuk disimpan sebagai kenang-kenangan. Wahh… jadi menyesal karena tak mendesain spanduk itu lebih bagus lagi.

Semua usai. Kami naik ke bus dan segera pulang, kembali ke Jakarta. Bus kami, tentunya agak lebih penuh dari waktu berangkat. Banyak yang membawa oleh-oleh berupa bunga kering khas Desa Situ Daun, jadi selama di bus si pemilik harus ekstra hati-hati menjaga bunganya agar tidak patah atau rusak. Sampai sore kami masih di jalan, sehingga kami Dzikir Al-Ma’tsurat sore dan muroja’ah bersama di bus. Rata-rata di bus pada tidur. Yahh… itu wajarlah… biasanya kalo perjalanan pulang kan memang pada tidur.

Rupanya tempat kedatangan kami diganti. Kami nggak lagi balik ke Alfa Midi seperti waktu berangkat tiga hari yang lalu. Kali ini kami langsung ke sekolah. Orang tua murid yang sudah sampai di Alfa Midi juga koor mengikuti bus kami ke gedung sekolah. Kukira bus itu nggak muat masuk Jalan Pesantren. Ternyata bisa, ya… untung deh. Alhamdulillah, kami bisa sampai tujuan dengan selamat. Kami langsung pulang ke rumah masing-masing, dan tak lupa mengucapkan pada ibu kami, “selamat Hari Ibu…” 