Attention sebelumnya, ini sebenarnya post dari blog sebelumnya. Sengaja di-repost karena blog yang lama mau dihapus. Terima kasih... :)
-------------
Home Stay. Program pengganti Super Camp yang betul-betul khusus
diadakan untuk kelas IX. Pada awalnya memang respon para siswa/i kelas
IX agak negatif. Kenapa mereka harus merelakan tahun terakhir tanpa
Super Camp yang serunya begitu istimewa itu? Kenapa harus Home Stay?
Tapi pikiran itu hilang semudah munculnya. Terdengar ekspresi hati mereka begitu selesai menjalani Home Stay.
“Hehe. Oke juga ternyata,” gitu kata mereka.
Begitulah
Home Stay. Kegiatan menginap tiga hari dua malam di daerah perumahan
penduduk yang awalnya dituduh “nggak asyik”. Tapi sebenarnya—barangkali
kami lupa—bagi kami siswa/i SMP Islam Plus Baitul Maal, mendapat
pengalaman baru—itu yang namanya “asyik”.
Nah, sekarang, biar aku ceritakan semua pengalamanku dari persiapan sampai pulang Home Stay, sebisa yang kuingat.
Beberapa
hari sebelum Home Stay, kami siswa/i kelas IX, angkatan 4 SMPIP Baitul
Maal dikumpulkan di ruang Kelas IPS. Dan di sana, wali kelas kami
tersayang—Pak Yayat dan Bu Erma memberikan briefing pada kami calon
peserta Home Stay. Pagi sebelumnya di hari yang sama, Bu Erma sudah
mengumumkan pada para siswi pembagian kelompoknya. Hasilnya, aku
terkumpul bersama teman-teman sesama absen genap di bawah nama Suku
Ngarai, dan aku dipilih jadi kepala sukunya.Dan setelah briefing itu
kami rapat seangkatan karena nanti di sana ada acara yang harus kami
panitiai bersama.
Jujur aja, aku nggak begitu puas
dengan rapat itu. Setelah rapat selesai, kami rapat perkelompok. Apa
yang kami diskusikan sih sebenarnya? Rahasia ya… nanti juga tahu.
Selain
rapat itu, banyak lagi yang kami persiapkan. Mulai dari menyiapkan
parcel yang ditugaskan perkelompok, serta name tag tanda peserta. Kami
juga menyiapkan barang-barang pribadi. Untuk acara kali ini, aku memakai
ransel gunung yang biasa kupakai kalau Super Camp. Alat makan, alat
sholat, Al Qur’an, alat mandi dan baju-bajuku, tentu semua aku bawa. Aku
juga membawa Memory Card SD serta alat tulis. Anehnya, aku sedih banget
nggak bawa Flash Disk. Soalnya aku diminta untuk mendesain Name Tag
untuk seluruh peserta Home Stay, dan aku juga menerima tawaran untuk
membuat spanduk Home Stay. Beberapa hari sebelum berangkat, Flash
Disk-ku dipinjam untuk mencetak spanduk, dan ternyata sampai hari H
belum dibalikin juga. -_-
Akhirnya tibalah,
Senin, 20 Desember 2010, hari H. Aku bangun pagi-pagi sekali, menyiapkan
diriku dan segala sesuatu yang belum sempat kusiapkan kemarin
malam—sikat gigi misalnya. Lalu dengan was-was aku pergi diantar abi ke
Alfa Midi dekat STAN, lokasi kumpul kami. Kukira aku bakal naik bus mini
ber-AC yang lumayan nyaman, tapi alangkah kagetnya aku begitu melihat
dua bus seukuran Metro Mini yang—bisa ditebak kan?—ber-AC alam.
Untungnya bersih, sih. Bus yang satu untuk kelas 9A, yang satu lagi
untuk 9B. Jujur aja nih, sebenarnya kelas 9B + guru-guru Akhwat +
barang-barang mereka tuh nggak muat masuk ke bus itu. Di luar dugaan
barang bawaan kami gede-gede. Tapi untungnya dengan “Bismillah” dan
sedikit paksaan, kami semua bisa masuk. Kemudian, dimulailah perjalanan
kami…
Perjalanan kami mulai dengan membaca do’a dan
Dzikir Al-Ma’tsurat dengan dipimpin oleh Icha dari suku pimpinanku.
Sebenarnya selama di bus dia juga teman sebangkuku sih… Dengan berbekal
toa dia pimpin dah itu Al-Ma’tsurat. Setelah membaca Al-Ma’tsurat,
gantian aku pegang toa untuk memimpin muroja’ah. Dan setelah kami
selesai muroja’ah, acara kami bebas. Ada yang makan, bercanda,
ketawa-ketawa, tidur , ngobrol dan foto-foto. Ada yang beda dari
perjalanan-perjalanan sebelumnya. Kalo ada anak-anak yang kami lewati,
kami nggak nyorakin satu sama lain. Malah kami bikin rame dengan
bersorak gembira bersama mereka.
Setelah sekitar tiga
sampai empat jam kemudian, kami sampai di lokasi kami akan bermalam.
Walaupun nggak seperti villa pada umumnya, beberapa orang menyebutnya
“villa”. Saat kami datang, Pak Kosasih, pemilik villa tersebut menyambut
kami. Oleh beliau kami dipersilahkan meletakkan barang-barang dan
beristiharat. Di samping jalan masuk ke villa ada beberapa kolam ikan
yang kami lihat. Dan begitu kami masuk, terlihat saung dan sebuah
bangunan merah muda. Bangunan merah muda yang memanjang ke belakang itu
akan ditempati oleh para guru. Di lantai atas bangunan itu ada kamar
lagi, tapi bentuknya saung. Di sanalah anak-anak kelas 9A tidur nanti
malam.
Gimana dengan 9B? Semakin masuk ke daerah villa
dan melewati tanaman-tanaman cabai, terdapat bangunan merah muda yang
memanjang ke samping. Di situlah kamar 9B. Jujur aja, kamarnya kurang
cukup buat kami bersembilan belas, tapi kami usahakan semua bisa di
situ. Di sebelah kamar kami itu ada kamar mandi tertutup dan kamar mandi
yang agak lebih terbuka. Di belakangnya persawahan. Anak-anak 9B banyak
yang suka duduk di teras kamar dan ngobrol-ngobrol. Kami serasa jadi
murid asrama deh…
Setelah kami selesai membereskan
barang dan menggelar tikar, kami duduk beristirahat sambil
bercakap-cakap ria. Kemudian kami mulai membungkus parcel yang nantinya
akan diberikan pada hari terakhir. Usainya, kami makan siang. Lalu kami
sholat Jama’ Qashar Dzuhur-Ashar dan tilawah Al-Qur’an sembari menunggu
dimulainya acara pembukaan.
Akhirnya tibalah waktunya
pembukaan. Disampaikanlah sambutan-sambutan dari Pak RT (kami dikira
beliau mahasiswa yang lagi KKN lho… E he he…), Om Anton selaku tokoh
masyarakat sekaligus tour guide kami, Bu Rina selaku kepala sekolah, dan
Bu Erma selaku PJ kegiatan Home Stay. Home Stay dibuka secara simbolis
oleh Pak Yayat dengan memukul kentongan.
Acara
pembukaan selesai. Berikutnya kami akan keliling desa sekaligus briefing
tempat-tempat yang bisa kami observasi esok hari ditemani Om Anton. O,
ya, walaupun kami memanggil beliau “Om Anton”, sebenarnya usia beliau
sudah sekitar 76 tahun lho! Beliau memiliki rambut dan janggut putih
yang panjang. Barangkali kalau baru pertama lihat bakal agak bergidik
rasanya. Tapi asli, deh! Om Anton baik banget. Kami tanya apa saja
beliau pasti menjawabnya dengan baik. Beliau bagai buku berjalan bagi
kami saat itu.
Nah, sekarang balik lagi ke briefing!
Pertama-tama kami mendatangi Running Water, yaitu peternakan ikan dengan
kolam yang airnya dialiri dari sungai dan dialirkan kembali ke sungai
pula. Setelah itu kami bergerak dari sana ke Sungai Cinangneng. Kata Om
Anton, batu-batu di sungai itu dulu dijadikan pondasi Masjid Istiqlal,
Gelora Bung Karno dan Bandara Halim Perdanakusuma. Dulu batu-batu di
sana banyak banget, tapi karena udah diambil-ambilin sekarang jadi
tinggal sedikit. Saat kami ke sana, airnya agak keruh. Katanya sih
gara-gara sekarang lagi musim hujan. Kalau musim kemarau, biasanya air
sungainya jernih.
Dari sungai Cinangneng, kami pergi
melihat Industri Rumahan Bunga Kering. Bagus-bagus lho bunganya!
Warna-warnanya lucu… ha ha… Selama perjalanan ke sana, kebetulan kami
bertemu para warga yang sedang bergotong-royong membangun masjid. Bukan
cuma bapak-bapak lho! Ibu-ibu sampai anak kecil juga ikutan bantu.
Sekalian, kami juga ikut-ikutan bantu. Katanya mereka kerja dari pagi.
Bahan-bahannya dibeli dari hasil patungan mereka. Duh, bener-bener ya.
Anehnya, selama membantu mereka bergotong-royong yang kurasakan bukan
lelah, tapi justru rasa kagum dan bahagia. Setelah menyaksikan sendiri
kegiatan ini, aku betul-betul terpesona sama kekeluargaan yang dimiliki
warga daerah. Mereka saling bantu-bantu tak kenal usia maupun kedudukan.
Di rumahku sih, boro-boro kayak gitu. Kenal sama tetangga sebelah aja
aku nggak. Baru deh, aku ngerti pandangan orang luar yang bilang kalau
orang Indonesia itu ramah-ramah. Ternyata yang seperti ini maksudnya.
Selanjutnya,
kami pergi ke Peternakan Ikan Koi. Di sana kami melihat…ngg… ikan Koi?
Ah, nggak. Yang kami liat di sana justru aksi mas-mas yang lagi nangkep
ikan bawal buat dijual. -_-
Yah, sudahlah, kita pindah
tempat ya! Tujuan terakhir kami adalah Peternakan Lobster &
Kelinci yang ada di seberang villa. Dekat sih tempatnya. Cari sensasi
jauh-jauh dulu nggak apa ‘kan? :D Di peternakan lobster milik Om Anton
itu, kami diberi tahu bagaimana lobster kawin, bertelur dan tumbuh
besar serta bagaimana cara membedakan lobster jantan dan betina.
Sedangkan soal kelinci kami hanya diberitahu Om Anton jenis-jenis dan
cara merawatnya, berhubung pemiliknya sedang tidak ada di tempat. Nah,
dengan begini berakhirlah briefing kami. Sekarang kami kembali villa
untuk mandi sore dan bersiap-siap sholat.
Nggak ada
yang spesial malam itu. Setelah sholat jama’ Qashar Maghrib-Isya, dengan
disaksikan seluruh rombongan, para kepala suku mengambil undian. Undian
ini akan menentukan apa yang akan suku mereka observasi besok.
Sebelumnya, kuberitahu dulu nih. 9A dan 9B masing-masing terbagi dari
dua suku. Jadi, totalnya ada empat suku. Suku pertama itu Suku Pantai,
kepala sukunya Ilham. Kemudian ada Suku Sungai dengan kepala suku Emiel.
Terus ada Suku Lembah dengan kepala suku Ermi dan terakhir, Suku Ngarai
dengan kepala suku aku. Hasil undiannya nih, sukuku kedapetan
Peternakan Lobster sekaligus Peternakan Kelinci, Lembah dapat Industri
Kerajinan Bunga Kering, Pantai dapat Peternakan Ikan Koi (kalo nggak
salah, ya) dan sungai kebagian Running Water. Awalnya sukuku senang
dapat tempat observasi yang dekat, dan aslinya memang itu yang mereka
harapkan. Sewaktu mengambil undian aku menampung harapan anggota-anggota
sukuku itu, dan memutuskan untuk memilih berdasarkan nomor takdirku,
satu. Kuambil yang paling kiri dari kertas yang dijejerkan di depanku,
dan hasilnya kami beneran dapet itu. Tapi yaah… lama-lama
anggota-anggota sukuku kesal juga karena hanya suku kami yang
mengobservasi dua tempat sekaligus, alias laporannya bakal lebih
panjang.
Yah udahlah diterima saja -_- setelah
pengundian itu kami makan malam. Ngomong-ngomong, selama di sana kami
dapat makan dari warga di sana. Pesen catering kok. Tenang aja. Habis
makan kami membuat Berita Acara, diskusi kelompok soal evaluasi kegiatan
hari itu serta merencanakan kegiatan kami besok. Setelah itu kami
istirahat dan disusul tidur. Ternyata kamar tidur kami itu memang
sempit. Buktinya empat kawan kami, Dhilah, Upik, Nauroh dan Tasya
akhirnya keluar kamar dan tidur di tempat lain.
Tibalah
hari kedua, Selasa, 21 Desember 2010. Kami bangun dengan lancar pagi
itu. Semua bisa Qiyamulail sama-sama. Memang sih, akhwatnya agak telat.
Tapi syukur masih sempat. Usai subuh kami Al-Ma’tsurat pagi. Setelah itu
kami senam pagi dan lari-lari keliling villa. Kemudian kami mandi dan
sarapan, lalu bersiap-siap untuk mengobservasi tempat yang sudah
ditentukan.
Sukuku berangkat mengobservasi sekitar
pukul 09.30. Berhubung Pak Anton sedang ada urusan, Pak Jati
menggantikan Pak Anton menemani kami. Beliau menjelaskan pada kami semua
tentang lobster, mulai dari sejarahnya, tempat hidupnya, cara
mengembangbiakkannya, makanannnya, perilakunya, cara mengukurnya serta
jenis-jenisnya. Sedangkan untuk soal kelinci kami akhirnya bertemu
pemilik peternakannya, yaitu Pak Sadim. Bersama Pak Jati beliau
menunjukan segala hal tentang kelinci pada kami. Waktu kami
mengobservasi, tahu-tahu ada kelinci yang kabur lho! Untungnya dia bisa
kami tangkap, setidaknya sebelum dia benar-benar hilang atau tertabrak
kendaraan yang berlalu-lalang.
Akhirnya observasi
berakhir. Kami kembali ke villa untuk istirahat, sholat dan makan siang.
Setelah itu kami bersiap-siap melaksanakan agenda yang mati-matian kami
rapatkan. Apakah itu? Hee… kami akan bermain alias mengadakan outbound
kecil-kecilan untuk anak-anak Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) sekitar.
Aku memegang toa, memimpin teman-temanku pergi ke lokasi bersama para
guru. Sesampainya di sana, aku, Ermi, Fahmi dan Emiel membuka acara
sekaligus memberi salam dan memperkenalkan diri kepada anak-anak TPA dan
orang tua mereka. Setelah itu, dimulailah permainan kami.
Suku
Ngarai membuat permainan “Estafet Karet” dan “Vampir Cina”. Agak susah
mengatur anak-anak itu, soalnya mereka masih kecil-kecil. Barangkali
paling tua usianya baru sepuluh tahun. Perhatian mereka juga banyak
tertarik ke permainan “Tiup Balon Sampai Pecah”-nya Suku Sungai. Tapi
syukurlah, semuanya bisa menikmati permainan dengan baik.
Sore
harinya, kami kembali ke villa. Coba tebak sekarang kami ngapain? Kami
bakal lomba nangkep ikan! Hahaha…! Jadinya nih, kami disuruh nagkep ikan
di air yang keruh. Bener-bener susah deh! Padahal guru-guru bilang ada
20 ekor ikan di kolam keruh itu. Kelompok akhwat alias 9B nyoba nangkep
duluan, setelah itu baru kelompok ikhwan alias 9A. Kelompok Akhwat Cuma
dapet sekitar 4-6 ikan. Nah, ikhwan yang kena untungnya! Ikan-ikan itu
udah keburu mabuk karena sebelumnya kelompok akhwat telah mengobok-obok
air mereka tanpa henti. Hasilnya, semua ikan bisa ditangkap oleh ikhwan.
Setelah menangkap ikan itu, kami mandi sembari bergantian membakar
ikan. Enak juga ikannya, lumayan… he he…
Usai
bersih-bersih, sholat dan makan malam, kami bersiap-siap untuk
presentasi. Karena nggak ada tempat yang cukup luas untuk kami
berpresentasi sambil ditonton satu angkatan, akhirnya acara presentasi
dibagi dua kloter, yakni perkelas, dan diadakannya di saung. Kelas 9B
presentasi duluan, 9A belakangan. Presentasi berjalan lancar sih…
walaupun banyak hal bagai tekanan yang memburu… haha… Yahh… setelah
presentasi laporan pengamatan itu, kami langsung bersiap-siap untuk
tidur.
Akhirnya datanglah, Rabu, 22 Desember
2010, hari terakhir Home Stay kami. Nyaris sehari penuh sisa waktu di
sana kami nggak ada kegiatan apa-apa lagi. Cuma beres-beres, dan
keliling desa untuk terakhir kalinya. Saat anak-anak kelas 9A tidur
(malemnya kurang tidur, mereka semua bangun sholat lail, jadi abis subuh
mereka tidur lagi. Sedangkan 9B nyaris semuanya ngaret dan nggak sempet
sholat lail -_-), kelas 9B jalan-jalan dan foto-foto di Sungai
Cinangneng. Setelah puas, mereka kembali ke villa untuk sarapan dan
bersih-bersih. Bersih-bersihnya… bersih-bersih total! Kan mau pulaang…
XD Saat matahari sudah tinggi, kami gelarlah acara penutupan. Isinya
pemberian kenang-kenangan berupa ucapan terima kasih dan parcel
bingkisan kami. Ternyata punya sukuku diberikan kepada Om Anton.
Sayangnya Om Anton berhalangan hadir saat itu sehingga pengambilan
kenang-kenangan diwakili oleh putrinya. Usai memberikan kenang-kenangan,
acara ditutup dengan pemukulan kentongan kembali oleh Pak Yayat.
Setelah itu kami berfoto bersama dulu untuk terakhir kalinya. Ternyata
spanduk Home Stay yang kudesain itu diminta Pak Kosasih untuk disimpan
sebagai kenang-kenangan. Wahh… jadi menyesal karena tak mendesain
spanduk itu lebih bagus lagi.
Semua usai. Kami naik ke
bus dan segera pulang, kembali ke Jakarta. Bus kami, tentunya agak lebih
penuh dari waktu berangkat. Banyak yang membawa oleh-oleh berupa bunga
kering khas Desa Situ Daun, jadi selama di bus si pemilik harus ekstra
hati-hati menjaga bunganya agar tidak patah atau rusak. Sampai sore kami
masih di jalan, sehingga kami Dzikir Al-Ma’tsurat sore dan muroja’ah
bersama di bus. Rata-rata di bus pada tidur. Yahh… itu wajarlah…
biasanya kalo perjalanan pulang kan memang pada tidur.
Rupanya
tempat kedatangan kami diganti. Kami nggak lagi balik ke Alfa Midi
seperti waktu berangkat tiga hari yang lalu. Kali ini kami langsung ke
sekolah. Orang tua murid yang sudah sampai di Alfa Midi juga koor
mengikuti bus kami ke gedung sekolah. Kukira bus itu nggak muat masuk
Jalan Pesantren. Ternyata bisa, ya… untung deh. Alhamdulillah, kami bisa
sampai tujuan dengan selamat. Kami langsung pulang ke rumah
masing-masing, dan tak lupa mengucapkan pada ibu kami, “selamat Hari
Ibu…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar