Sabtu, 20 Desember 2014

Teman yang Berpulang

Pagi ini aku menerima kabar duka di grup LINE teman-teman seangkatanku waktu SMA. Salah seorang dari kami, alumni SMAN 47 Jakarta angkatan 2014, meninggal dunia.

Beliau biasa dipanggil Aldo, saat ini beliau tengah menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran UNS. Beliau meninggal dini hari tadi ketika masih mengikuti acara di Boyolali yang diadakan oleh fakultasnya.

Menurut informasi yang kudapat, beliau tiba-tiba kejang-kejang sekitar pukul 01.30 pagi. Gejalanya seperti hipotermia. Beliau memang dikabarkan punya riwayat penyakit ashma. Saat dihampiri oleh teman-temannya, tubuh beliau sudah kaku dan denyut nadinya lemah. Panitia acara berusaha membawa beliau ke puskesmas terdekat, tetapi tidak ada puskesmas yang buka. Akhirnya mereka membawa beliau ke rumah sakit beliau, tetapi nyawa beliau sudah tidak tertolong lagi.

Sejujurnya, saya tidak kenal baik dengan beliau. Beliau dulu jurusan IPA, sedangkan aku IPS. Aku bahkan tidak tahu yang mana beliau. Mungkin aku sebenarnya ingat wajah beliau, tapi tidak ingat nama.

Akan tetapi, sekalipun saya tidak kenal dengan beliau, kematian beliau merupakan kematian teman yang pertama kali dalam hidup saya. Melalui beliau, Allah seolah mengingatkan aku dan yang lainnya bahwa usia tidak ada yang tahu. Kematian selalu mengintai.

Melalui informasi dari kawan-kawan yang lain, aku jadi tahu kalau beliau non-Islam. Beliau juga merupakan anak tunggal yang sedang menanti liburan Natal bersama keluarganya.

Kematian tidak pandang umur. Tidak pula pandang situasi atau rencana di masa depan. Tidak pula ia memandang keyakinan. Kematian itu pasti.

Semoga Almarhum diampuni oleh Allah SWT dan tentu kematiannya menjadi pelajaran bagi kita semua.

Turut berduka cita,
Fildzah NF

Minggu, 14 Desember 2014

Menjelang Berakhirnya Semester Pertama

Assalamu'alaikum. Apa kabar nih pada?

Belakangan ini aku lagi sering mikir kalo waktu bener-bener cepet berlalu. Rasanya belum lama aku ikut SBMPTN, belum lama rasanya kuliah di Unpad, tapi ternyata semester perdanaku ini hampir berakhir.

Beberapa dosen sudah pamit dan mohon maaf di kuliah terakhir. Nggak terasa. Masih terbayang kuliah-kuliah yang lalu seperti belum lama terjadi.

Yang rada sedih, ada kemungkinan kelasku yang sekarang berubah anggotanya. Sepertinya mulai semester depan kami bisa memilih jadwal kuliah sendiri sehingga kami mungkin akan terpisah. Apapun yang terjadi, aku tetap bersyukur bisa menjadi bagian dari kelas ajaib itu : Mankom D. Mungkin aku bakal bahas tentang mereka lebih lanjut di artikel lain :)

Anyway, ketika memulai kuliah dulu pasti ada beberapa impian atau tujuan yang ingin dicapai. Mendekati penghujung semester, aku jadi merenungkan kembali tentang semua itu. Apa aku sudah memulai langkah untuk menjadi sarjana yang baik? Apa aku sudah belajar tekun? Apa ibadah harianku semakin baik? Apa aku semakin rajin liqo?

Apa aku sudah memulai langkah untuk memelajari segalanya?

Ternyata belum semuanya berjalan baik.

Masih banyak hal yang belum kulihat.
Masih banyak buku yang belum kubaca.
Masih banyak kabar yang belum kudengar.
Masih banyak pula tempat yang belum kujelajahi.
Semangat mencari tahu!

Jatinangor, 4 Desember 2014
Fildzah NF

Selasa, 14 Oktober 2014

Lagi Doyan Genre "Royal Shoujo Manga"...

Kapan postingan terakhirku tentang jejepangan ya? Yah... Pokoknya kali ini saya mau memberi Anda semua, terutama penyuka Shoujo Manga, tentang beberapa judul Manga yang sedang kusukai belakangan ini. Entah kenapa, belakangan ini aku jadi baca komik remaja putri yang latarnya kerajaan gitu, padahal nggak sengaja. Langsung aja ya, ini judul-judulnya. Cuma empat kok~

(Ini diurutkan berdasarkan minatku ke komik itu sekarang/Agustus 2014, dari yang disuka sampai yang paling disuka)

1. Soredemo Sekai wa Utsukushii
(Walaupun Begitu, Dunia ini Indah)
Judul alternatif : SoreSeka, The World is Still Beautiful; Even So, The World is Beautiful
Komikus : Shiina Dai (majalah Hana to Yume)

SoreSeka bercerita tentang seorang Putri Bungsu Kerajaan Hujan, Nike (baca: ni-ke) Remercier, yang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Matahari, sang penguasa dunia, sebagai syarat untuk mempertahankan otonomi wilayah kerajaannya. Sang Raja Matahari memerintahkan demikian karena tertarik dengan kekuatan keluarga Kerajaan Hujan, yaitu memanggil hujan. Namun, sang penguasa dunia yang dikabarkan menakutkan itu, Livius Orvinus Ifrikiya, ternyata hanya seorang anak laki-laki berusia 12 tahun! Bagaimana kelanjutan pertunangan Nike dan Livi?

Di Jepang, manga ini sudah dirilis sampai lebih dari 40 chapter. Walaupun di awal gambarnya kurang bagus, skill sang komikus terus berkembang. Chemistry antara dua tokoh utama bagus banget, duet politiknya juga keren. Ceritanya juga sebenarnya menarik, walaupun sang komikus sepertinya sempat blunder mengenai usia Livi (awalnya bilang 15, terus jadi 12).
Kepopuleran manga ini membuat Studio Pierrot membuat versi animenya. Tayang bulan April sampai Juni 2014, terdiri atas 12 episode. Nike diperankan oleh Maeda Rena, sedangkan Livi diperankan oleh Shimazaki Nobunaga.
Sampai sekarang versi komiknya masih lanjut di Jepang, belum ada tanda-tanda tamat.


Opini pribadi : komik ini mengingatkan saya bahwa di balik sosok yang hebat, ada masa lalu yang tidak mengenakkan. Juga mengingatkan saya bahwa "tak kenal maka tak sayang" (iyeyy). Livi yang lahir di negeri makmur ternyata bisa tak sebahagia Nike yang lahir di negara miskin. Masa lalu Livi yang membuatnya "lebih cepat dewasa" juga... wow aja gitu. Bagi yang suka sama kisah cinta di mana laki-lakinya lebih muda, mungkin kalian bakal suka sama SoreSeka ini.


2. Sugar Apple Fairy Tale
Penulis : Mikawa Miri
Komikus :
SAFT, sebenarnya adalah sebuah serial light novel yang kemudian volume pertamanya diadaptasi menjadi Manga. Bercerita tentang Ann Halford yang bercita-cita menjadi Silver Sugar Master seperti ibunya. Ceritanya dia semacam seniman permen gitu deh, yang bikin patung gula gitu. Di negeri tempat Ann tinggal, manusianya hidup dengan memperbudak para peri, yang tidak jarang disertai kekerasan. Ibu Ann adalah salah satu orang yang melawan kenyataan itu. Selama menjadi pembuat permen, ibu Ann tidak pernah mempekerjakan seorang peri pun. Namun, saat ini beliau telah meninggal dan Ann harus berjuang sendirian. Untuk melindungi diri dan membantu dirinya mewujudkan cita-citanya, Ann terpaksa "membeli seorang peri prajurit" bernama Shall Fen Shall. Ann berjanji akan membebaskan Shall setelah tujuannya tercapai, namun Shall menanggapinya dingin. Di tengah perjalanan mereka menuju Lewiston, tempat Sugar Sculpture Festival diadakan, Ann mendapat teman seperjalanan baru, yaitu seorang peri kecil Mythrill Reed Pod yang dulu pernah ditolongnya, serta Jonas, putra keluarga pembuat permen terkenal yang sebenarnya pernah melamar Ann. Perjuangan Ann untuk mendapatkan gelar Silver Sugar Master pun dimulai.

Waktu pertama baca SAFT, baik komik ataupun novelnya, memang agak susah dimengerti karena banyak istilah, baik tentang pembuat permen ataupun para peri. Tapi lama-lama, kita bakal enjoy sama ceritanya. Kita bakal mikir, "ih seru juga lanjutannya apa nih" atau "imut deh ceritanya" gitu.

Light SPOILER >>> Romance juga bagian dari SAFT. Perlahan tapi pasti, Ann yang seorang manusia jatuh cinta pada Shall yang seorang peri. Tentunya itu percintaan yang sulit. <<<



3. Akatsuki no Yona
(Yona Sang Fajar)
Judul alternatif : Yona of the Dawn, YONA~The Girl Standing in the Blush of Dawn~
Komikus : Kusanagi Mizuho (majalah Hana to Yume)

Yona adalah putri tunggal Kerajaan Kouka yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Il (iL).  Di Istana Hiryuu, Yona yang kehilangan ibunya sewaktu kecil tumbuh besar menjadi gadis yang egois dan manja. Ayahnya tak pernah mengajarkannya tentang politik dan selalu melarangnya memegang senjata apapun. Yona yang baru berulang tahun ke-16 ini tengah menyukai Soo-Won, sepupunya. Yona juga akrab dengan Hak, pengawal pribadinya yang ditunjuk langsung oleh Kaisar Il. Sejak kecil, Yona, Soo-Won, dan Hak akrab dan sering menghabiskan waktu bersama.
Namun di malam hari setelah perayaan ulang tahun Yona, Yona menyaksikan sendiri saat Soo-Won membunuh ayahnya. Hampir seluruh bagian istana tergabung dalam kudeta ini. Berkat bantuan Hak yang menyatakan akan tetap setia pada Kaisar Il, Yona berhasil kabur dari istana. Ia dan Hak memulai perjuangan untuk bertahan hidup dalam buruan pasukan yang diperintah Kaisar baru, Soo-Won. Bersamaan dengan itu, Yona mulai mempelajari bagaimana keadaan kerajaannya yang sesungguhnya, bagaimana sulitnya berjuang untuk hidup, dan bagaimana sisa hidupnya harus dihabiskan.

SPOILER >>>> Atas saran dari pertapa Ik-Soo, Yona, Hak, dan Yoon, kawan laki-laki baru mereka yang pandai banyak hal, memulai perjalanan untuk mengumpulkan para Prajurit Naga. Mereka adalah Kija sang Naga Putih, Shin-Ah sang Naga Biru, Jae-Ha sang Naga Hijau, dan Zeno sang Naga Kuning.
Bersama, mereka berjuang membantu orang-orang yang kesulitan di kerajaan itu. <<<<

Sebenarnya dari dulu aku udah akrab dengan komikus ini, Kusanagi Mizuho. Karya pertamanya yang kubaca berjudul NG Life, dan aku langsung mikir kalau gambarnya cantik banget. Garisnya tipis dan rapi, penggunaan screentone-nya keren, cakep deh. Judul YONA juga udah sering muncul di toko buku dari jaman SMP dulu kala, tapi baru mulai baca pas lulus SMA sekarang. Dan aku nggak nyesel baca. Keren. Aku sebenarnya kurang suka sama genre Reverse Harem ataupun Harem biasa, tapi begitu baca Yona, terus satu demi satu karakternya muncul, dan tanpa sadar aku sudah baca manga dengan genre yang gak kusuka! Haremnya emang gak vulgar, karena antar karakter saling akrab satu sama lain juga. Romance di sini juga gak melibatkan para Prajurit Naga walaupun mereka sangat setia pada Yona. Hanya sekedar cinta segitiga antara Yona, Hak, dan Soo-Won. 

Ngomong-ngomong, buat para penggemar Manga Yona ataupun yang berminat tapi males baca komiknya, ada kabar gembira! Studio Pierrot kabarnya telah memulai pembuatan anime Akatsuki no Yona sejak tahun lalu, dan anime tersebut akan tayang musim gugur tahun ini, bulan Oktober 2014! Sayangnya aku pribadi masih kuliah bulan itu, jadi baru bisa nonton bulan Desember nanti (semangat marathon wkwk). Para pengisi suaranya sama seperti dalam versi Drama CD yang telah dibuat berkali-kali sebelumnya, yaitu Saitou Chiwa (Yona), Maeno Tomoaki (Hak), Kobayashi Yusuke (Soo-Won), Minagawa Junko (Yoon), Masakazu Morita (Kija), Okamoto Nobuhiko (Shin-Ah), Suwabe Junichi (Jae-Ha), dan Shimono Hiro (Zeno). Trailer pertamanya juga sudah bisa disaksikan di YouTube ^^



4. Akagami no Shirayukihime
(Putri Salju Putih Berambut Merah)
Komikus : Akidzuki Sorata (majalah Lala DX, lalu pindah ke Lala)

Shirayuki adalah seorang ahli obat, juga gadis muda yang memiliki warna rambut langka, yaitu
merah apel. Karena rambutnya itulah, Pangeran Sulung di negerinya, Tanburn, yang bernama Pangeran Raji, ingin menjadikannya selir (meskipun belum punya permaisuri). Karena merasa sang pangeran hanya menyukai rambutnya, Shirayuki memotong rambutnya dan meninggalkan rambut itu di rumahnya, sementara ia sendiri kabur ke negara lain. Ketika berada di hutan di wilayah Kerajaan Clarines, Shirayuki bertemu dengan seorang pemuda bernama Zen dan dua kawannya, Mitsuhide dan Kiki. Setelah Shirayuki mengobati luka yang didapat Zen, Zen pun membantu Shirayuki kabur dengan mengizinkannya berlindung dalam pondok di hutan itu. Mereka pun mulai berteman. Namun ternyata Shirayuki tidak aman. Ajudan Pangeran Raji terus memburunya. Bagaimana selanjutnya Shirayuki akan bertindak? Siapa pula sebenarnya Zen yang terus membantu Shirayuki?

Saya sebenarnya gak mau ngasih spoiler di sini. Karena waktu baca chapter pertama, saya bener-bener gak tahu apa-apa soal ceritanya. Sekedar go with the flow aja. Terus pas ketahuan Zen itu sebenarnya siapa, manga yang awalnya biasa aja TIBA-TIBA JADI TERASA SERU BANGET. Karena itu saya saran tolong baca chapter pertamanya sekarang, di sini bisa.

Udah dibaca belom? Plis baca dulu. Kesannya sekali abis kayak one-shot manga kok. Baca di sini.



Udah baca? Kalo belom ayo liat di sini...



Mulai ada SPOILER nih ke bawah. Yakin gak baca? Tanggung risikonya sendiri yah.





Kalau menurutku identitas Zen bener-bener gak disangka-sangka. Awalnya kukira Zen itu sekedar pemburu, laki-laki biasalah... Ternyata dia pangeran bungsu di Kerajaan Clarines. Sebenarnya gambar sang komikus sederhana untuk ukuran shoujo manga, tapi gambarnya informatif. Setting kerajaannya tergambar dengan baik. Shirayukinya imut, Kiki cantik, Mitsuhide sama Obinya keren, terus Zen... Ah gak tahu deh lagi suka banget sama Zen hehe. Baru kali ini ketemu karakter yang gentleman gitu. Biasanya kan sering tuh ada tokoh cowok yang keren, tapi dinginlah, genitlah, dikit-dikit ngapain ceweknyalah... Bosen aja.


*Edit (14/10/2014) : Well that's all. Tulisanku ini emang udah gak relevan lagi, tapi gak tau kenapa aku males ngubahnya. Mata ne! ^^

Kamis, 28 Agustus 2014

Udah Seminggu Lebih di Kosan '-')

Assalamu'alaikum. Kira-kira gitulah gambaran apa yang mau diceritain di sini.

Aku mulai kost H-1 Ospek Universitas, tanggal 17. Sekarang jadi males ngitung udah malam keberapa, afwan lah yak -_-

Ospek Universitas dua hari lamanya. Berkesan banget, acaranya besar banget pula. Terus langsung dilanjut ospek fakultas untuk tiga hari berikutnya. Kalau osfak aku bener-bener gak mau cerita. Soalnya menurutku itu berakhir dengan agak kurang memuaskan. Bukan masalah di acara atau kakak-kakak panitianya kok, akunya aja. Hehee maaf lagi ya...

Soal kehidupan di sini, Alhamdulillah lancar-lancar aja. Terus, ini sebenarnya agak kurang pantas disyukuri, tapi alhamdulillah sampai sekarang aku belum homesick. Emang dari awal udah kuat niat buat ninggalin rumah. Nggak ada masalah apa-apa sama keluarga, cuma rasanya aku di rumah numpang doang, gak ngapa-ngapain, atau ada aku maupun nggak ada aku nggak bakalan banyak yang berubah. Gitu deh. Jelas ada saat-saat sulit ketika nggak ada orang tua atau anggota keluarga lain, tapi di situlah tantangannya. Gimana caranya biar kita bisa survive seorang diri.
Orang tua pastinya masih nanya kabar, aku juga ngasih kabar (tapi gak bales nanyain kabar. Jahat banget yak).

Di sini emang belum ada temen baru yang akrab banget denganku, tapi Alhamdulillah aku bisa survive sampai sekarang itu juga salah satunya berkat Ermi. Aku emang beruntung banget bisa satu fakultas dan tetanggaan di kosan sama temen deketku dari SMP itu. Nggak buta banget Sunda jadinya, Alhamdulillah. Ermi udah banyak banget bantuin aku. Mulai sekarang aku juga mesti lebih mengandalkan diri sendiri.
Alhamdulillah aku juga mulai akrab gitu sama ibu warung makan di deket kosan. Ibunya baik banget hehee. Tapi sayangnya masih belum berhasil mengakrabkan diri dengan ibu laundry. Lanjuuut...

Kuliah juga udah mulai dari hari Senin kemarin. Di Fikom ini jurusan ilkomnya langsung disuruh milih konsentrasi prodi, ada Manajemen Komunikasi, Jurnalistik, dan Ilmu Komunikasi. Aku ngambil yang ManKom. Ternyata dapet kelas yang sama kayak temen SMP-ku yang lain, Shadiq, walaupun dosen pembimbingnya beda. Btw soal dosen pembimbing aku dapat dosen yang sepertinya non Islam, tapi beliau salah satu dosen terbaik di departemen ManKom. Temen-temen di kelas asyik-asyik, lumayan akurlah. Masih rada kalem karena baru kenal. Katanya sih anak ManKom itu lucu-lucu, jadi mungkin tinggal tunggu waktu aja. Tugas kuliah banyak, iya jelas. Semangatlah semoga bisa terus disiplin ngerjainnya. Semoga juga pendaftaran anggota perpus fakultas cepet kelar, jadi mulai bisa ngerjain tugas dan minjem-minjem buku. Bismillah~

Aku sebenarnya pernah dibilang sama guruku kalau untuk semester pertama dan kedua jangan ikut organisasi dulu. Tapi seperti yang kuduga aku gak kuat kalau sama sekali nggak ikut. Aku terlanjur daftar LDK Universitas, ada niat untuk keluar, entah deh gimana. LDK tingkat Fakultas juga sebenarnya aku nggak daftar, cuma jaringan alumni SMA-ku di sana membuatku terseret (ke tempat yang baik) wkwk -_-
Aku nggak terseret sendiri kok, terseret berjama'ah bareng Ermi. Ermi senasiblah kayak aku. Kita berdua setuju kalau semester awal-awal harusnya fokus menstabilkan IPK, tapi kita juga tahu kalau waktu SMA, yang bikin kita berdua tetep semangat belajar salah satunya adalah teman-teman di Rohis. Kita tahu kalau lagi gundah gulana atau sekedar lelah, kita selalu larinya ke masjid. Sekedar ketemu sama teman-teman di sana juga udah mompa semangat banget. Kita butuh tempat kayak gitu, makanya kita tetep "main-main" ke LDK fakultas.
Padahal aku sama Ermi juga udah punya kelompok liqo sendiri, tapi base-nya di Masjid Salman ITB, Bandung. Yang artinya hampir tiap pekan aku, Ermi dan seorang kawan lagi di Unpad harus bolak-balik Bandung-Jatinangor. Sejujurnya, ini yang berat. Barangkali aku bakal ada negosiasi lagi soal tempat liqo.

Aku juga masuk satu UKM tingkat universitas. Maunya sih tingkat fakultas, tapi UKM itu cuma ada di tingkat universitas. UKM berisi ilmu bela diri yang aku memang udah penasaran pingin belajar dari dulu : Aikido. Rabu kemarin aku ikut latihan perdananya. Seru, menarik. Awalnya agak cemas karena ada beberapa Teteh dari Fikom yang ikut itu terus keluar, tapi setelah ikut latihan pertama, insya Allah aku masih mau datang lagi pekan depan. Aku cuma perlu latihan lebih tekun, bismillah lagi!

Apa lagi yang mau ditumpahin ke sini ya? Hehee... Maaf banget nih bahasanya tumben gak ada estetikanya sama sekali. Asal nulis sih, tiba-tiba pingin ngeblog. Kali ini sampai sini dulu, ya, wassalam :)

Yang sedang berusaha menghadapi tugas kuliah,
Fildzah Nur Fadhilah
Ilmu Manajemen Komunikasi Fikom Unpad

Kamis, 17 Juli 2014

Keputusan Allah yang Lebih Indah :)

H+1 pengumuman SBMPTN nih! Terus gimana hasilnya?

Jam 5 sore lewat dikit aku udah coba buka website pengumuman, tapi lamaaa banget koneksinya. Akhirnya pindah ke web pengumuman yang di ITB. Rasanya waktu itu seolah-olah aku cuma daftar di ITB, jadi aku cuma fokus ITB aja hehe.

Setelah ku-input nomor peserta dan tanggal lahirku, ALHAMDULILLAH ada ucapan selamat di situ. Aku udah seneng ngira aku dapet ITB, tapi begitu ku-scroll webnya aku bukan dapet di FSRD ITB.

Tuh. Ternyata aku dapetnya di pilihan kedua, Ilmu Komunikasi UNPAD.
Jujur pas pertama lihat bingung mesti ngerasa gimana. Aku resmi gagal masuk FSRD, jadi ada rasa kecewa. Tapi aku berhasil masuk ke prodi yang kalau menurut statistik tahun lalu, peminatnya bisa lima kali lebih banyak daripada FSRD. Itu bagus 'kan? Harus disyukuri dong!

Aku sudah berdoa pada Allah supaya diberikan yang terbaik, dan inilah jawaban yang diberikan padaku. Sore itu, sambil berbuka puasa ummi-abi menyemangatiku. Mereka sempat tanya, "gak apa-apa di Unpad?" Aku jawab dengan segera "gak apa-apa."
Ibuku lalu cerita kalau sebenarnya beliau agak takut aku benar-benar masuk seni rupa. Di seni rupa banyak anak-anak unik, beliau takut aku mengalami degradasi di sana. Kalau di prodi lain, mungkin bakal lebih baik.
Ibuku juga menghibur, anak komunikasi media itu bakal jadi managernya, sedangkan anak desain komunikasi visual justru malah bakal jadi bawahannya. Bener juga 'kan? Ilmu yang kudapat selama les gambar juga nggak akan sia-sia kok.
Ortu juga merasa biaya kuliah plus biaya hidup di Unpad lebih murah daripada di ITB. Terus kalau mereka mau menjenguk aku di kost nanti sekaligus adikku Hafi di Kuningan, bakal lebih gampang karena Jatinangor-Kuningan itu searah, sedangkan kalau di ITB bakal agak lebih jauh karena harus mampir ke Kota Bandung.
Lebih banyak nilai plusnya kan ternyata? Akhirnya aku yakin kalau ternyata Unpad memang lebih baik untuk aku dan keluarga. Di last minute menjelang pengumuman, aku memang berdoa supaya aku dimasukkan ke universitas yang terbaik juga bagi orang tuaku.

Itu faktor keluarga. Ada lagi faktor temen-temen. Waktu aku kelas 10 ada kakak kelas 12 di Keputrian yang lumayan akrab sama aku, gara-garanya kami sama-sama suka anime (lol). Kakak itu akhirnya lulus dan kuliah di Ilmu Komunikasi Unpad. Setiap kali datang main ke sekolah atau acara-acara Keputrian lainnya, kakak itu selalu cerita-cerita padaku tentang kampusnya, tentang prodinya, tentang kuliahnya... Banyak deh. Beliaulah faktor utama aku memilih Ilmu Komunikasi Unpad sebagai salah satu pilihanku. Semoga kami bisa saling bantu nanti hehee...

Sepupuku yang paling tua juga sekarang lagi kuliah tahun ketiga di Teknik Geologi Unpad. Udah gitu ternyata banyak banget temen-temenku yang juga keterima di Unpad, malah ada sekitar dua orang yang satu prodi denganku. Salah satunya teman sebangkuku yang cantik waktu kelas 11 (ehhee). Temen-temen yang di situ sebagian besar juga lumayan kompatibel sama aku ini, jadi seneng deh, alhamdulillah ^^

Karena dulu ngeliatnya ITB terus, aku gak tahu apa-apa tentang Unpad. Jadi aku baru mulai cari informasi sekarang. Pas kulihat foto kampusnya, ternyata lebih keren dari ITB (ternyata ya). Masjidnya juga... 

... Aih, tampaknya keren banget. Pasti gabung kerohanian Islamnya deh~!

Alhamdulillah juga, ada adek alumni SMP-ku yang baru lulus, bilang kalau orang tuanya punya kost khusus akhwat di deket Unpad. Sekali lagi tuh, khusus AKHWAT! Enak kan? Skarang aku sama ortu masih tanya-tanya ibu kostnya. Kalo memang tempatnya bagus, kenapa nggak?

Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah. Rasanya sekarang tuh ibarat aku minta melon, eh dikasihnya semangka. Minta yang besar dan kelihatan bagus, eh dikasih yang lebih besar, lebih bermanfaat dan lebih menyegarkan. Allah memang tahu yang terbaik! ^^

Mungkin Allah tahu aku punya potensi lebih besar di ilmu komunikasi. Waktu ujian keterampilan psikotesku memang gak memuaskan, gambar-gambar lainnya juga kayaknya tipe yang bisa lolos bisa nggak gitu. Aku belum tahu berapa peminat FSRD tahun ini, tapi tahun lalu aja peminatnya lebih dari 1000, dengan daya tampung sekitar 90 orang. Ilmu Komunikasi Unpad, yang tahun lalu punya daya tampung hampir sama dan peminatnya sekitar 5000 orang, malah bisa kumasuki. Apalagi baik Unpad maupun prodi Komunikasi sama-sama jadi pilihan favorit tahun ini. Aku malah lolos. Jujur memang waktu SBMPTN tulis aku bisa ngisi lumayan banyak, sekitar 8-14 soal per pelajaran soshum, matdasnya juga walaupun nggak banyak, tetep lebih banyak dibanding waktu Try Out. Seolah-olah secara nggak langsung Allah bilang padaku, ilmu dan kecerdasanku sayang kalau tidak digunakan lebih sering.

Sekali lagi, Alhamdulillah. Aku udah sama sekali nggak kecewa akan kegagalan masuk FSRD, aku malah makin bersyukur diterima di Unpad. Sekarang pun aku masih berusaha untuk semakin menyukai Unpad. Bismillah! Semangat kuliah! 

Pramuda 2014, 
Fildzah Nur Fadhilah


Selasa, 15 Juli 2014

Renungan H-1 SBMPTN

Assalamu'alaikum, di sini Fildzah...

Apa kabar semuanya? Masih hangat dalam suasana Ramadhan yaa...

Tak terasa sudah hampir sebulan berlalu setelah aku ikut tes SBMPTN. Aku gak deg-degan nunggu pengumuman, tapi nggak bisa bilang nggak takut juga. Pastinya adalah rasa cemas begini. Pengumumannya besok, 16 Juli pukul 18.00. Hmm.

Sejujurnya aku percaya diri bakal lolos. Tapi aku gak tahu bakal lolos di pilihan berapa. Aku sudah berjuang untuk ini. Aku nggak tahu usahaku keras atau nggak, tapi aku sudah usaha. Tinggal tunggu hasil.

Aku tahu mungkin belakangan ini sikapku gak terlalu baik, walaupun secara ibadah agak meningkat. Aku masih egois, masih asyik dengan dunia sendiri. Kuliah di manapun nanti, aku harus memaksa diriku untuk lebih peduli pada orang lain.

Galau amat yak. Random dikit yuk, optimis! Kuliah di manapun aku harus usaha lebih keras lagi dibanding waktu SMA. Ini kedengerannya ngeri sih, kesannya Kuliah bakal berat banget.

Ada hikmahnya nih lama nunggu pengumuman. Aku jadi tahu kalau jadi pengangguran itu nggak enak. Rasanya sehari-hari aku cuma sholat, makan, tidur, tilawah, nonton anime... Begitu-begitu terus. Nggak guna banget haha. Eh aku gambar juga kok, sama lagi mencoba belajar ulang bahasa Arab sama Jepang sendirian (entah ada progres atau nggak).

Kalo dipikir baik-baik, akun-akun medsosku jadi membagi-bagi kepribadianku nih. Di blog aku lebih sering curhat dan cerita pengalaman, di twitter aku jadi militan, di tumblr aku jadi otaku parah. Hahahaha....

Bismillah ah. Kalo besok diterima, bersyukur, jangan sombong. Kasihan kalo ada temen yang nggak dapet. Syukuri apapun yang didapat. Kalo nggak diterima (semoga nggak gini), yakinlah kalau Allah punya rencana yang lebih baik. Mungkin aku bakal daftar swasta, entah sekarang masih ada yang buka pendaftaran atau nggak.

Oiya, kemarin aku juga ikut seleksi beasiswa Monbukagakusho, Kementerian Pendidikan Jepang. Aku daftar untuk program S1, Alhamdulillah tanggal 1 Juli kemarin aku dinyatakan lolos berkas. Aku ikut ujian tulis tanggal 7 Juli di pusat studi Jepang Universitas Indonesia, tapi kemungkinan aku lolos kecil. Aku bisa ngerjain ujian Bahasa Inggris, tapi cuma bisa ngerjain setengah ujian Matematika. Pengumuman tesnya tanggal 12 Agustus nanti, itu juga masih akan dipanggil lagi untuk tes wawancara.

Semangat, Allah mengikuti prasangka hamba-Nya. Optimis lolos. Bismillah. Kudoakan juga teman-temanku yang ikut tes turut lolos di universitas impiannya.

Semangat khatam,
Fildzah Nur Fadhilah.

Jumat, 27 Juni 2014

Kehilangan Ponsel (;_;)

Oke, ini pure banget salahku. Kejadiannya sekitar satu minggu sebelum pengumuman SNMPTN Undangan. Aku ceroboh main hape di tempat umum dan yah... Aku sepertinya kecopetan.

Pelajaran hidup. Oke. Baru kali ini ponselku hilang. Itu smartphone malah.

Hikmah ponselku hilang, aku bisa lebih serius belajar karena nggak terganggu smartphone lagi. Terus aku jadi lebih menghargai komunikasi. Bener deh. Waktu ada smartphone rasanya temen-temen gampang banget dihubungi, terus ada fasilitas grup biar bisa chat rame-rame. Informasi cepat menyebar. Tapi karena smartphone-ku hilang, aku ganti ke ponselku yang lama. Ponsel biasa. Sekedar SMS dan telepon aja. Mau menghubungi teman-teman jadi susah karena aku cuma tahu sedikit nomor ponsel mereka. Ada info apa-apa juga aku gak tahu.

Waktu dicopet, ponselku sedang dalam keadaan nggak berlangganan paket apa-apa. Display Picture BlackBerry Messenger yang kupasang terakhir kali itu screenshot dari anime Soredemo Sekai wa Utsukushii. Terus wallpaper terakhir, itu screenshot jadwal belajarku buat SBMPTN.

Yang paling kusesali dari hilangnya smartphone, yaitu data-data yang ada di sana. Bodohnya aku nggak bikin back-up. Musik-musik di situ, foto dan gambar, curhatan-curhatan asalku di memo, dan terutama, draft novelku. Ada total tiga novel yang kutulis dan kusimpan di ponsel, yaitu "Changin'", "IYA", dan "Honestly" yang sudah kupost di blog ini sampai chapter 8. Sebenarnya aku sudah menulis kalau nggak salah sampai chapter 12, tapi yah, draftnya hilang. Begitu saja.

Barangkali ini ujian buatku. Mungkin juga ini kesempatan untuk menulis ulang novel yang sudah kutulis. Semoga aku bisa. Semangat! ( ̄^ ̄)ゞ

Ujian Keterampilan SBMPTN 2014

Kali ini saya mau bagi2 pengalaman waktu ikut ujian keterampilan di ITB hari Kamis, 19 Juni 2014 yang lalu. Aku milih dua prodi yang mengharuskan ikut ujian keterampilan seni rupa, yaitu Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB di pilihan pertama dan DKV Universitas Sebelas Maret di pilihan ketiga. Dengan berbagai pertimbangan dan saran dari orang lain, aku dan keluarga sepakat untuk memilih lokasi ujian keterampilan di ITB, walaupun sebenarnya rumah kami di Jakarta.

Ada beberapa alasan kenapa aku memilih ujian di ITB :
- Kakak-kakak kelasku yang diterima semua ujian di sana
- di ITB gak ada ujian pengetahuan umum
- menurut guru bimbel Seni rupa, ujian di ITB lebih terorganisir
- walaupun pingin masuk FSRD dari kelas X, aku sama sekali belum pernah ke ITB
- sekalian pergi menjenguk adikku yang masuk pondok pesantren di Kuningan, Jawa Barat.

Untuk tahun ini, ITB ngadain ujian keterampilan dua hari, tanggal 18 dan 19 Juni. Tiap peserta cuma disuruh milih salah satu hari aja, terserah yang mana. Yang penting di kartu peserta SBMPTN tertulis kalau lokasi ujian keterampilannya di ITB. Tinggal registrasi di ITB pada pagi hari di hari ujian yang diinginkan. Registrasi dibuka pukul 09:00 sampai 11:00, sementara ujiannya sendiri dimulai pukul 13:00.

Karena aku dari luar kota, aku milih ujian hari kedua, tanggal 19 Juni. Aku sekeluarga berangkat tanggal 18 Juni sekitar jam 5 sore dari Jakarta. Rencananya kami menginap di Bandung semalam. Karena kalau berangkat pagi-pagi saat hari H, rasanya terlalu berisiko, sekalipun registrasi baru ditutup jam 11 siang.

Registrasi Peserta

Ditemani ayahku, sekitar jam 09.30 di hari ujian aku registrasi di ITB. Panitia udah bikin tenda khusus buat registrasi, dan meja registrasinya pun banyak banget, dipisah-pisah berdasarkan absen nama. Kelihatan banget kalo panitia siap menghadapi keramaian. Setelah registrasi, oleh panitianya aku disuruh nunggu pengumuman penempatan ujian jam 11 nanti. Maksudnya biar tahu aku ujian di Aula Barat atau di Aula Timur, terus aku masuk ke kelompok berapa.

Sambil nunggu jam 11 aku jalan-jalan aja sama ayahku keliling ITB. Oiya, informasi aja, pas hari ujian itu banyak banget pedagang yang menjual triplek ukuran A3 dan A2 buat alas gambar. Mereka juga menjual pensil berbagai ukuran ketebalan dan (katanya) soal-soal ujian keterampilan tahun lalu. Tapi aku nggak beli apa-apa. Aku nemu triplek ukuran A3 di pojokan tangga, dekat pohon, nggak terlalu mulus dan agak bengkok. Kupikir dibuang, jadi kuambil aja (parah banget emang). ( ̄(å·¥) ̄)
Tapi setelah kuukur, alasnya nggak sebesar A3, dia agak lebih kecil :v
Aku nggak beli pensil karena memang udah punya. Aku juga nggak beli soal karena merasa aku sudah cukup banyak latihan. Pokoknya Bismillah aja.

Oh iya info lagi, peserta ujian yang lulus tahun ini semuanya pakai seragam putih abu-abu, sementara lulusan tahun lain pakai baju putih-gelap. Jadi kelihatan siapa yang lulusan tahun ini dan siapa yang bukan. Hampir semua peserta nunggu pengumuman penempatan di ITB, jadi di sekitar tempat registrasi bakal banyak banget peserta yang duduk-duduk. Udara di ITB hari itu juga sejuk, nyamanlah untuk menunggu.

Btw soal teman, yang aku tahu teman sekolahku yang juga mau masuk FSRD nggak ada yang tes di Bandung, tapi ternyata aku ketemu juga satu orang. Dan malah aku baru tahu dia jadi daftar ke FSRD (disampaikan dengan rada shock). Selebihnya sih, aku ketemu beberapa teman satu lesku di Villa Merah Gandaria. Enak juga ada orang yang udah dikenal, jadi nggak terlalu panik hehe.

Jam 11 tiba, tempat ujian pun diumumkan. Ternyata semua peserta yang ikut ujian hari ini ditempatkan di Aula Barat, karena Aula Timur dipakai untuk acara lain. Berarti peserta hari kedua nggak terlalu banyak, ya? Nggak bisa bayangin gimana ramenya ujian hari pertama, toh yang dipake sampe dua aula.

Di pengumuman itu, tertulis nomor peserta, namaku, lalu tulisan "Aula Barat 3". Artinya aku ujian di Aula Barat kelompok 3.


Pelaksanaan Ujian

Menjelang ujian aku terus berdoa agar aku dimampukan menjawab soalnya. Selepas melihat pengumuman, aku dan ayahku kembali ke penginapan sebentar untuk menjemput ibu dan adik-adikku sekaligus check-out. Setelah itu kami sholat dzuhur dan kembali lagi ke ITB. Kali ini ibuku yang menemaniku di dekat Aula Barat, menunggu ujian mulai. Ternyata, walaupun di jadwal tertulis ujian mulai jam 1 siang, 30 menit sebelumnya para peserta sudah diizinkan masuk. Aku pamit pada ibuku masuk ke ruang ujian. Yah, pamit yang mengharukan lagi, nggak beda dengan waktu ujian tulis. Aku lalu masuk ke Aula Barat. Penjaga di situ lalu menyuruh para pengantar untuk "menjauh dari Aula Barat" :|
Jujur, salah satu penyesalanku hari itu adalah aku nggak minta doa restu dulu dari ayahku. Padahal beliau yang secara fisik paling lelah karena mengantarku ke sana-sini selama SBMPTN. Tapi aku tahu beliau mendoakanku. Bismillah. Aku bisa. Orang tuaku sudah mengikutkan aku di bimbel seni rupa sejak September tahun lalu, aku sudah latihan, aku sudah berusaha, dan bismillah, aku sudah siap. Be happy, be happy, keep calm and be happy. Kalau menggambar harus bahagia, 'kan?

Di dalam Aula, kursi-kursi sudah diatur sedemikian rupa membentuk beberapa lingkaran. Satu lingkaran mungkin ada sekitar 15 kursi. Inilah yang dimaksud kelompok. Aku lekas menghampiri kelompok ketiga. Masih sepi, baru beberapa orang yang sudah ada di kelompokku. Justru ini kesempatan bagus, soalnya di tengah-tengah kami sudah terletak sebuah botol air mineral, dua buah pisang, setengah potong jeruk bali dan kardus yang biasa dipakai untuk nasi kotak. Ini pasti untuk ujian gambar stillife/objek kan? Kalau masih sepi begini, aku bisa milih sudut pandang di mana benda yang paling susah kugambar nggak terlalu kelihatan. Hehee (ini namanya strategi atau licik? -_-)

Panitia mulai mengumumkan untuk menyiapkan alat tulis dan mempersilahkan bagi yang ingin ke toilet terlebih dulu. Di sinilah kesalahanku. Aku nggak ke toilet sebelum ujian dimulai. Panitia juga ternyata menyediakan alas gambar ukuran A2 bagi yang tidak membawa. Setelah ragu cukup lama aku memutuskan untuk memakai alas dari panitia, karena alas-alas yang kubawa terlalu besar dan terlalu kecil, dan aku nggak mau gagal karena masalah teknis.

Setelah semua siap, panitia mulai membagikan kertas A3 dan soal pertama : gambar objek yang ada di depanmu. Waktunya 60 menit. Ujian dimulai tepat pukul satu siang. Waktu itu aku cuma berpikir satu hal : aku suka menggambar stillife. Iya, belakangan ini aku jadi suka menggambar stillife. Memang rasanya jengkel di awal karena bingung mana dulu yang harus digambar, tapi setelah selesai, rasanya ada kepuasan tersendiri.
Semua yang kupelajari selama bimbel seni rupa rasanya berguna. Aku harus menggambar dengan cepat, aku nggak boleh cuek dengan waktu. Aku nggak boleh cuek akan para peserta yang duduk di sampingku, tapi juga nggak boleh jatuh mental karena mereka. Aku melanggar ajaran bimbelku yang melarang memakai penghapus, karena aku menggambar kesalahan yang fatal.
Waktu 60 menit habis dan gambarku terbilang selesai, Alhamdulillah. Walaupun sebenarnya aku masih ingin menambahkan lagi kalau masih ada waktu. Jika dibandingkan dengan gambar peserta di sampingku, gambarku kelihatan bagus, tapi gak boleh terlalu percaya diri kan? Ini baru satu kelompok. Satu kelompok aja pasti ada sekitar tiga atau lebih orang yang gambarnya bagus dan SELESAI. Gambar bagus pun belum tentu diterima. Bismillah aja. Tetap optimis.

Selanjutnya, soal yang kedua : gambar suasana/ekspresi. Di soal kedua ini peserta diberi pilihan untuk memilih anak soal, yang pertama suasana di tempat makan, kedua suasana pulang sekolah, ketiga kalau gak salah suasana konser musik. Aku milih soal yang kedua. Waktu menggambar soal ini 90 menit. Barangkali aku menggambar rada ganas. Itu barangkali ajaran bimbelku lagi. Aku nggak boleh mikir lama-lama apa yang harus kugambar. Pikirin ide utamanya aja, terus gambar. Ternyata bener, sambil gambar, ide-ide mengalir keluar. Sambil terus menggambar, jangan mengabaikan waktu. Cek terus waktunya tinggal berapa menit. Lihat peserta-peserta lain, kalau kamu lihat gambar mereka udah penuh, kamu harus gambar lebih cepat lagi. Yang penting gambar kamu informatif dan selesai. Selesai, selesai, selesai.
Gila. Subhanallah walhamdulillah, aku yang paling susah gambar cepat ini ternyata bisa selesai gambar suasana di kertas A3 dalam 90 menit. Gambarku penuh, hampir semuanya diarsir. Walaupun seperti biasanya garisku gak setebal orang-orang lain. Gambarku selesai. Ideku lumayan. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah... ヽ(;▽;)ノ 

Di jeda istirahat soal kedua dan ketiga, aku menyempatkan diri ke toilet. Menurut perhitunganku masih ada waktu sekitar 10 menit sebelum soal ketiga dimulai. Ternyata di toilet ngantre sekitar 5 menit. Aku baru masuk ke aula lagi telat beberapa detik dari perkiraanku dimulainya soal ketiga. Tapi ternyata ujian sudah dimulai. Panitia sepertinya sengaja mulai lebih cepat.

Soal ketiga itu semacam psikotes. Tapi ternyata soalnya berbeda jenis dengan yang selama ini kupelajari. Soalnya beda. Beda banget mungkin. Gara-gara aku telat masuk, aku ketinggalan waktu untuk membaca petunjuk soal. Itu fatal banget kalau untuk ujian psikotes. Entah karena panik atau memang sebenarnya demikian, kata-kata di halaman petunjuk terasa ambigu buatku. Agak sulit dicerna. Psikotes itu cuma makan waktu 20 menit, sehingga ujian yang harusnya selesai pukul 17:00 jadi selesai 30 menit lebih cepat.

Setelah psikotes dikumpulkan, aku masih duduk di kursiku. Untuk soal pertama dan kedua aku bersyukur bisa menyelesaikannya dengan baik. Tapi selebihnya aku pasrah. Terutama untuk psikotes.
Aku sempat ngobrol dengan teman satu bimbel seni rupaku yang ternyata ada di kelompok sebelah. Ternyata keluhan kami sama : psikotes yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, juga petunjuk yang ambigu. Kami pasrah aja, juga mendoakan satu sama lain supaya lolos. Aku juga ngobrol sama teman satu sekolahku itu. Jujur baru kali itu aku ngobrol akrab sama dia. Soalnya di sekolah kami nggak dekat dan sama-sama pendiam hahaa...

Oke, terlepas nanti tanggal 16 Juli aku dinyatakan lolos atau nggak, aku senang bisa berkesempatan ikut ujian di sini. Aku akan tetap menggambar apapun hasilnya. Sekarang aku tinggal berdoa supaya aku dan teman-teman lolos SBMPTN dan mendapat hasil yang terbaik. Aamiin.

Terakhir, itu foto di samping Aula Barat, sebelum ujian mulai hehe.


Senin, 23 Juni 2014

Sharing aja : Ujian Tulis SBMPTN 2014

Hari Selasa, 17 Juni 2014, aku ikut SBMPTN Tulis. Berusaha kembali mengejar kampus idamanku. Agak sedikit kurang beruntung, aku dapat tempat ujian di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, jauh dari rumahku yang berada di pojokan Jakarta Selatan. Karena suatu faktor, aku nyaris telat sampai di lokasi ujian. Alhamdulillah nggak telat.

Gugup? Jelas. Aku takut gagal lagi. Tapi aku juga berusaha keras untuk tenang.
Aku menghibur diri, bahwa seperti yang pernah dibilang guru bimbelku, persiapan SBMPTN itu bukan 8 minggu ataupun setahun. Tapi tiga tahun sejak awal kita masuk SMA. Aku nggak tahu usahaku belakangan ini keras atau nggak. Tapi aku nggak terima kalau usahaku selama SMA ini dibilang gak keras. Setiap hari aku pergi karena kegiatan sekolah, bimbel, atau mentoring. Aku jarang libur. Nggak ada hari tanpa aku pergi keluar rumah. Tindakanku pasti berarti, ilmuku pasti nggak sia-sia.

Waktu mau pamit berangkat ujian, ibuku mendoakan sambil mengecup pipi kiri dan kananku. Beliau mendukungku, sangat mendukung. Rasanya seolah doa beliau mengalir padaku.
Saat pamit masuk ruang ujian, ayahku pun mengecup kepalaku sambil mengucapkan kalimat dukungan. Kurasa hari itu hari yang akan selalu kuingat. Jarang-jarang orang tuaku begini. Aku yang selama ini takut mereka tak mendukungku, kini tenang dan percaya diri.

Bismillah, aku mulai ujian. Tes Kemampuan dan Potensi Akademik menjadi yang pertama kuhadapi. Aku bisa mengerjakan lumayan banyak. Manajemen waktuku juga tak seburuk waktu Try Out di bimbel. Aku pasrah. Aku sudah mengerjakan yang aku bisa.
Berikutnya tes Sosial dan Humaniora. Aku mengerjakan sejarah 8 soal, sosiologi 14 soal, serta ekonomi dan geografi masing-masing 11 soal, dari total soal tiap pelajaran 15. Lumayan banyak, Alhamdulillah. Terutama sejarah. Biasanya kalau Try. Out aku hanya bisa mengerjakan sekitar 4 soal.
Tapi hasil SBMPTN ini gak bisa ditentukan dari banyaknya soal yang dikerjakan saja. Belum tentu poin yang didapat lebih besar. Aku sekarang hanya bisa berdoa dan berharap bisa memperoleh hasil yang terbaik.

Secara umum, Alhamdulillah SBMPTN tulis hari ini lancar. Alhamdulillah aku nggak ketinggalan barang apa-apa hari itu. Alhamdulillah ayahku bersedia mengantar-jemput ke tempat ujian, bahkan menunggui aku. Alhamdulillah saat aku mampir ke rumah eyang di perjalanan pulang, beliau pun bilang kalau beliau mendoakanku.

Hehe, Alhamdulillah, itu pengalamanku tentang ujian tulis SBMPTN. Yang mau tahu kisahku di ujian keterampilan, lihat post selanjutnya, ya. (o^^o)

Yang sedang menunggu jawaban,
Fildzah Nur Fadhilah

Sabtu, 31 Mei 2014

Pasca Pengumuman SNMPTN 2014

Pastinya harap-harap cemas menunggu pengumuman itu. Tapi seperti yang dibilang banyak orang, jangan terlalu mengharapkannya. Akan terlalu sakit kalau ternyata benar tidak dapat. Karena itu, walaupun tentunya dalam hati masih ada secuil harapan, aku mencoba untuk tidak berharap.

27 Mei 2014, pukul 12.10 siang.

Aku baru selesai sholat dzuhur, setelah sebelumnya ikut Try Out SBMPTN kelima di NF. Sambil berpikir bahwa pengumuman SNMPTN sudah bisa diakses, aku menuruni tangga gedung bimbel. Karyawan NF menyapaku ceria mengingat hari ini pengumuman undangan. Mereka lantas menawariku membuka pengumuman dari laptop yang ada di situ. Aku menyetujui dengan senyum pasrah. Mereka tampak antusias mengetikkan dataku ke login halaman SNMPTN. Aku makin pasrah.

Kebetulan di NF tingkat cabang itu, terutama di try out super intensif SBMPTN ini, aku selalu peringkat pertama untuk paket Soshum. Aku selalu masuk peringkat 150 besar NF se-Indonesia, walaupun nilaiku memang tidak terlalu tinggi. Aku juga salah satu siswi NF yang mendapat beasiswa bimbel di semester genap. Aku nggak heran senyum kakak-kakak NF itu terlihat penuh harap.

Apapun keputusan Allah, itu yang terbaik. Aku nggak boleh protes. Apapun hasilnya, aku harus tetap belajar, tetap beribadah yang rajin, juga tetap menggambar. Pak Eko, guru kimia di sekolahku, juga sudah menyemangati kemarin, "Nggak masalah masuk lewat jalur apa, yang penting pastikan satu bangku di PTN itu punya kamu! Kalo dapet, ambil! Kalo gak dapet, KEJAR!!!"

Iya, benar! Kalau aku gak dapat, aku tinggal kejar! Aku pasti masih bisa kejar! Aku sudah berdoa agar Allah menguatkan hatiku dan tetap membuatku berjuang keras apapun hasil seleksi ini!

Tapi aku nggak bisa membantah kalau ada sedikit rasa sakit melihat senyum antusias kakak-kakak NF itu, perlahan berubah menjadi senyum yang dipaksa. Ternyata aku memang nggak dapat. Ya sudah, nggak masalah. Aku tinggal kejar!

Aku masih ingin mengejar FSRD ITB!
Aku yang waktu undangan hanya memilih satu prodi : FSRD ITB. Aku sudah mantap!
Aku yang hanya membuat portofolio berupa tiga gambar besar dengan pensil lalu difoto dengan kamera.
Aku yang merasa sudah berusaha keras, padahal belum.
Aku yang memutuskan harapan banyak orang.
Aku yang sudah diberkahi Allah dengan nilai UN yang lebih tinggi dibanding TO-TO-ku.
Aku yang dengan egois memilih jurusan desain yang kudambakan sejak masuk SMA.

Aku pulang dengan kemantapan hati mengejar SBMPTN. Lekas kupantau linimasa twitter-ku, ingin tahu siapa teman-temanku yang lolos seleksi. Ternyata banyak banget. Aku senang. Dalam setiap ucapan selamat kuikuti dengan permintaan "doakan aku, ya."
Mereka balik menyemangati, tapi entah mengapa sebagian kata "semangat" dari mereka terasa hampa. Terutama dari mereka yang lolos lewat jalur undangan. Mereka yang beruntung jalannya dimudahkan oleh Allah.

Aku tak menangis sampai dua hari setelah pengumuman. Namun pada akhirnya aku menangis. Bukan menangis kalah, tapi menangis ketakutan, jujur saja. Walaupun aku mencoba terus bersikap tegar dan siap mengejar PTN, nilai TO-ku menurun. Kecepatan menggambarku melambat. Malam sepulang les menggambar, aku mencoba mencari-cari tulisan orang lain yang lolos masuk FSRD tahun-tahun lalu di internet. Tapi mungkin karena cerita mereka terlalu sederhana, aku akhirnya malah menangis. Mudah sekali mereka lolos. Kenapa aku malah terseok-seok begini?

Kembali teman sekolah lain menyemangatiku. Salah satunya teman yang sudah diterima di prodi lain di kampus impianku. Aku ingin menyusul dia. Aku bangkit lagi. Waktunya untuk mengejar. Sejak dulu kamu sudah lakukan bukan? Tetap melangkah dan berlari walau dengan air mata.

Tapi aku lupa faktor eksternal yang dari kegalauan itu, orang tua. Terutama ayahku. Dulu ibuku bilang waktu beliau bersiap ujian masuk kuliah, beliau sibuk belajar sampai-sampai nggak pernah nonton TV. Akhirnya beliau lolos di Fakultas Ekonomi UI. Lain cerita dengan ayahku. Dulu beliau nggak berhasil meraih Teknik Mesin ITB impiannya. Setelah sempat mengikuti program D3 di ITB, beliau mencoba ikut ujian lagi di tahun berikutnya. Akhirnya beliau lolos di Teknik Mesin UI. Itulah cerita kenapa akhirnya orang tua saya yang berbeda 5 tahun itu bisa bertemu di kampus yang sama dan menikah.
Eh kenapa ceritanya jadi ini? Hehehe.

Lahir dari kedua orang tua yang menempuh pendidikan tinggi di UI, tentu aneh kalau aku nggak dapat PTN juga. Di mulut ibuku bilang sudah menduga aku nggak dapat undangan. Tapi aku yakin ada sedikit kekecewaan di hati mereka. Itu yang bikin sakit, sakit...
Bagaimana rasanya ketika kita yang ditolak sudah ikhlas, tapi orang tua belum ikhlas?

Mungkin mereka melihat aku nggak bekerja keras. Iya, kurasa aku memang nggak bekerja keras. Aku nggak pantas menyesal. Sekolah, bimbel, les, mentoring, pagi sampai malam, tujuh hari dalam seminggu. Aku hanya sebentar di rumah. Hanya sekedar makan, tidur, sholat, lalu jaga adik. Aku sebenarnya berusaha "puasa anime dan manga", tapi nggak pernah berhasil. Sama sekali nggak bisa. Aku belum usaha keras. Nggak setiap ibadah kulaksanakan dengan benar dan disiplin. Nggak semua mentoring kutanggapi serius. Nggak setiap waktuku di sekolah dan tempat les kumanfaatkan baik-baik. Nggak semua hati orang-orang kujaga. Aku pantas nggak dapat undangan.

Undangan itu rezeki, sebagiannya. Ada teman-temanku yang memang pintar, diterima di undangan. Aku bangga dengan mereka, pantas banget kok. Mereka selalu usaha dan usaha keras mereka nggak sia-sia.
Tapi ada juga teman-teman yang sebenarnya biasa saja.
Ada yang nilainya menengah ke atas, tapi perilakunya belakangan ini sangat sangat baik, diterima. Mereka pantas dan aku bahagia untuk mereka.
Ada yang dulu selalu bertanya padaku tentang pelajaran yang tidak ia mengerti, diterima undangan. Yah, dia rajin sih. Aku ikhlas, aku senang kok.
Ada juga yang nilainya biasa, perilakunya agak sedikit sering menyimpang, nggak pernah terlihat bekerja keras, diterima juga. Yah, mungkin diam-diam dia punya usaha keras. Walaupun hati agak bertanya-tanya, aku berusaha ikhlas. Allah punya rencana untuk mereka.

Dan tentunya punya rencana juga untukku.

Aku mungkin direncanakan-Nya masuk belakangan. Aku masih punya banyak teman seperjuangan. Aku masih bisa kok! Bismillah! Gadis egois ini masih ingin berjuang!

Insya Allah aku akan lolos ke salah satu prodi ini lewat SBMPTN :
1. ITB - Fakultas Seni Rupa dan Desain
2. Unpad - Ilmu Komunikasi
3. UNS - Desain Komunikasi Visual.

Yang masih harus dan akan terus berjuang,
Fildzah Nur Fadhilah.



Jumat, 07 Maret 2014

Sedikit Memikirkan Guru

Kita sebagai manusia jelas banyak meminta. Kita ini makhluk yang tak pernah puas. Dikabulkan satu keinginan, minta 100 keinginan lagi.

Tapi yang kali ini akan kita bahas, setelah berkeinginan, baik pada Allah ataupun pada manusia, pernahkah kita berterima kasih? Pernahkah kita bersyukur?

Saya mulai berpikir demikian setelah kejadian di kelas tadi siang, saat teman-teman saya membahas konsumsi untuk acara doa bersama sebelum ujian. Saat ditanya konsumsi apa yang mau dilebihkan untuk disumbangkan pada guru, mereka bilang tidak mau menyumbang.

Guru-guru hanya ingin uang.
Ngapain menyumbang makanan untuk mereka.

Dalam hati aku sangat menyesalkan ucapan teman-teman sekelasku itu. Daripada kelepasan marah, akhirnya kuputuskan untuk diam saja. Beginikah pendidikan kita zaman sekarang?

Yang saya lihat selama ini, seorang murid selalu saja mencari kekurangan gurunya, sehebat apapun gurunya itu. Guru akan selalu terlihat tidak tinggi di mata muridnya. Buktinya, kerap kali saya dengar beberapa teman mengobrol tentang gurunya tanpa menyebut sandangan "pak" atau "bu" di depan nama gurunya.

Mereka tidak tahu bagaimana usaha guru-guru itu untuk mereka. Bagaimana mereka harus memikirkan masalah muridnya di tengah banyaknya masalah mereka sendiri. Bagaimana rasanya bertambah tua sambil setiap harinya menjalani pekerjaan yang makan hati ini. Sakit...

Saya amat salut pada siapapun yang mau menjadi guru. Di tengah keluhan sakitnya balas jasa dari sang murid, muncul juga ungkapannya betapa ia cinta akan mengajar. Jadi guru itu nggak enak. Sakit hati. Capek teriak-teriak. Saya makin paham setelah jadi mentor di sebuah kelompok mentoring Islami. Mereka sering diejek-ejek, walaupun memiliki ilmu yang banyak di bidangnya dan kompeten dalam mengajar.

Sekarang begini : mengapa kita tak coba menenangkan hati guru?

Padahal banyak dampak positifnya. Guru itu juga manusia yang kalau mengajar, mungkin moody. Jadi kalau sang guru kita buat senang terus, beliau juga ngajarnya bagus dan antusias 'kan...

Aih sudahlah. Singkat kata, kalau mau dihargai, hargai dulu orang lain. Terlepas orang itu menghargai penghargaan kita atau nggak.

Maafkan post yang berakhir tidak jelas ini... :v

Rabu, 22 Januari 2014

Catatan dalam Status H-82 UN

Assalamu'alaikum, hisashiburi~

Lama banget aku nggak nge-post. Heh, tunggu itu bukan salahku. Sebelumnya aku pernah nyoba ngepost lewat iPad, tapi ternyata nggak bisa di-save jadi draft dan akhirnya malah hilang terhapus. Menyesakkan.

Nggak terasa memang. Kalau UN jadi tanggal 14 April 2014 (tanggal cantik btw), berarti tinggal 82 hari lagi. Kalo berdasarkan hasil TO selama ini, lulus sih iya, tapi nilainya gak memuaskan banget. Matematikaku belum beranjak dari angka lima. Walaupun setelah itu aku belajar, belum ada TO lagi untuk menguji apakah aku sudah berkembang atau belum.
Alhamdulillahnya, aku nggak kayak sebagian teman sekelasku yang sampe sekarang kerjanya cuma main-main aja. Mungkin mereka belajar di rumah sih, tapi mereka hampir gak pernah kelihatan belajar sendiri, pas nggak ada guru terutama. Ummi emang pernah bilang, tantangan terberat di jurusan IPS : anaknya males-males. Aku sendiri termasuk pemalas.

Pada dasarnya TO pas kelas 12 ini emang nggak sebanyak TO waktu kelas 9. Pas kelas 9 aku sampe 22 kali Try Out lho. Hasil akhirnya lumayan, 37.90 atau rata-rata 9.475. Dan gimana sekarang? Targetku cuma minimal 8.0 di tiap pelajaran. Rendah, ya, hohoo.

Terus soal kuliah, pilihan utamaku masih kokoh di FSRD ITB. Bahan-bahan seleksi buat masuk ke sana belum aku selesaikan. Masih berupa ide. Masih butuh banyak latihan menggambar, mengarsir dan mewarnai. Tapi kalo portofolio yang sertifikat sih insya Allah udah siap. Aku sudah membulatkan tekad bahwa di SNMPTN, aku cuma akan milih FSRD di pilihan jurusan. Jadi kalo dapet ya dapet, kalo gak dapet ya langsung ikut SBMPTN aja.

Satu yang bikin aku bersyukur masuk jurusan IPS, ternyata FSRD itu di SBMPTN masuknya ke jurusan IPS, jadi bidang tesnya SOSHUM alias Sosial dan Humaniora. Seandainya aku dulu masuk IPA dan masih ngincer FSRD, aku mesti ikut SBMPTN IPC atau IPS dan makin banyak lagi yang mesti kupelajari. Alhamdulillah aku IPS~!

Terus gimana soal pilihan alternatif? Nah, ini yang masih belum pasti. Abi pernah bilang, aku mesti milih profesi yang orientasi kerjanya bisa di rumah, bukan di kantor. Menurutku itu sangat masuk akal, karena aku sendiri juga ingin kelak menikah lalu jadi ibu rumah tangga. Jadi aku mesti milih jurusan yang kira-kira bisa mengantarkan aku ke pekerjaan macam itu. Kayaknya nih, dalam  hati abi pingin aku ngambil jurusan psikologi, terus buka praktik aja di rumah. Tapi aku nggak yakin bisa enjoy di Psikologi. Menarik sih, cuma takut nggak enjoy aja. Minatku selain menggambar itu jejepangan, jadi sempat kepikir ngambil Sastra Jepang UI.

Tapi kata Ummi, kalo nggak ada tujuan jelas di SasJep, misalnya mau jadi wartawan, jangan ngambil sastra.

Ternyata solusinya baru kutemukan tempo hari. Waktu itu aku iseng aja nanya temen di kelas, "jurusan yang nanti kerjanya bisa di rumah aja apa, ya?"
Dan dia jawab, "jadi translator aja. Kerjanya cuma dengrin kaset doang di rumah."
Mungkin dia ngrujuk ke sesorang yang dia kenal. Tapi apa yang dia bilang bener juga. Memang benar ada translator yang kerjanya di rumah aja.

Jadi dengan begitu aku punya alasan memilih Sastra Jepang. Kenapa UI? Karena universitas yang satu provinsi sama sekolah ya itu. Akan kucoba lagi negosiasi dngan orang tuaku. Ganbarimasu! Oyasumi~

Ngomong-ngomong maaf saya nulisnya kacau eheheee