Minggu, 14 Juli 2013

Honestly : Chapter 1



HONESTLY

1.      First Move

“Kami pulang,” ujar seorang gadis remaja setelah ia membuka pintu rumahnya. “Ah, Harurun! Hati-hati! Nanti kamu jatuh!”
“Ah, kalian sudah pulang, Riichan... hei, Harurun, kenapa buru-buru? Hati-hati naik tangganya!”
Gadis kecil itu berlari melewati kakak perempuan dan ibunya. Dengan semangat ia menaiki tangga sambil membawa topi model cap warna hitam, menerobos pintu kamar sehingga membuat orang di dalamnya terkejut.
"Kakaaak!!! Ini untukmu...!!!"
Henji sempat tersentak, saat asyik bermain gitar, adik bungsunya tiba-tiba masuk. Melihat topi yang disodorkan Harumi, ia tersenyum lembut.
"Ini untukku lagi?" Tanya Henji.
"Yaa! Ini pengganti topi yang waktu itu ya kak," jawab Harumi ceria.
"Yang ada tandatangan Michisa?"
"Iya yang itu. Tapi tadi nggak ada yang mirip sama yang dulu, jadi yang ini aja deh. Nggak apa-apa 'kan kak?"
"Nggak apa-apa. Aku senang, terima kasih ya, Harurun."
"Sama-sama, kak. Terima kasih juga buat tandatangan dan kalung bintang dari Michisa-chan ini."
Harumi alias Harurun berlalu. Henji menatap topi hitam bergambar not balok biru kecil dari adiknya itu. Akhir tahun kemarin banyak sekali hal yang terjadi.


-Pertengahan November, Musim Dingin kelas 1 SMA-

"Henji, permainan musikmu luar biasa. Suaramu juga sangat bagus. Kenapa tidak coba debut saja?"
"Terima kasih, Paman. Tapi maaf, aku tidak bisa tampil di depan publik."
"Kenapa?"
"Yah, Paman tahu sendiri. Aku sama sekali bukan tipe sosialita seperti Suzuki. Aku bukan orang yang bisa tampil di depan orang banyak."
"Hm.. Bagaimana kalau kutawari kau menjadi Shadow Singer? Kurasa itu cocok untukmu."
"Apa?"
"Bakatmu bisa tersalurkan tanpa kau harus tampil di depan publik. Orang lain tetap bisa menikmati karyamu. Banyak orang yang seperti itu kok, mulai dari komikus sampai grup musik. Tentu saja aku akan minta izin dulu pada orang tuamu, dan kalau mereka mengizinkan kau akan kulatih dulu secara pribadi. Jadi tak akan melibatkan banyak orang. Bagaimana?"
"Baiklah. Tapi kalau nanti aku berubah pikiran, bagaimana?"
"Ya, tak apa. Kalau begitu kita perlu nama panggung. Hei.. Bagaimana kalau Tasuku? Itu cocok sekali untukmu. Setuju 'kan?"
"Tasuku..."

*****

Henji melamun. Pikirannya melambung pada masa itu, saat pamannya menawarinya debut. Henji yang menyukai musik, yang pendiam itu, bahkan dirinya sendiri tidak percaya bahwa sekarang ia adalah Shadow Singer yang bernama panggung Tasuku. Akhir musim dingin lalu ia merilis single pertamanya, "Winter Sun". Tentu saja karena Tasuku adalah shadow singer, kehidupan Henji tidak begitu berubah.
"Kakak," suara Riho, adik pertama Henji, memecah lamunan Henji.
"Ah! Ri-Riichan, ada apa?" Jawab Henji setengah kaget.
"Aku cuma mau bilang, makan malam sudah siap."
"Oh, baiklah, aku akan turun ke bawah," ujar Henji sambil membereskan gitar dan buku-buku catatannya.
Riho diam sejenak menatap kegiatan kakaknya. Ia menarik nafas dan menggumam, "Kakak makin sibuk, ya?"
"Nggak kok," ujar Henji sambil tersenyum. "Bahkan kadang saat nggak diinginkan pun aku akan ada di rumah."
"Oh ya? Nggak usah maksa. Di rumah terus itu justru aneh buat cowok seumur Kakak," ekspresi Riho mendadak berubah ceria.
"Iya deh, ayo turun," ajak Henji sambil mengelus kepala adiknya.

*****

Kantor Redaksi Majalah Sugooii!! Teen.
"Suzuki!" Panggil Henji.
"Ah! Henji, ada apa?" Suzuki, sepupu Henji, merespon.
"Kau berangkat ke Inggris besok malam 'kan? Aku dan ayahku akan ikut melepasmu di bandara."
"Begitukah? Terima kasih."
"Kapan kau kembali?"
"Mungkin akhir liburan musim panas. Cukup singkat untuk ukuran pertukaran 'kan?"
"Empat bulan ya? Betul juga. Kenapa bisa?"
"Yah, hahaa.. Sulit menjelaskannya. Pada dasarnya waktu yang diberikan padaku memang sedikit. Tapi tetap ada kemungkinan kalau masa pertukarannya diperpanjang."
"Begitu. Berjuanglah!"
"Terima kasih, aku akan berusaha," ujar Suzuki sambil tersenyum. "Kau di sini karena ada urusan dengan ibuku 'kan?"
"Ya, ada wawancara eksklusif," Henji melihat sekeliling, lalu berbisik, "soal Tasuku."
"Oohh aku mengerti," Suzuki mengangguk paham seperti bocah. "Oh ya, kau tahu Hanazawa Michisa 'kan?"
"Gadis blasteran yang sekelas denganmu itu? Kenapa?"
"Yah, kupikir kita ini 'kan akrab seperti saudara, jadi aku ingin memberitahu sesuatu," ujar Suzuki, wajahnya perlahan merona.
Henji diam menunggu. Ia tersenyum tipis karena rasanya ia tahu apa yang akan dikatakan Suzuki.
"Yah.. Emm, tak apa deh. Lupakan saja."
Henji tersenyum heran. Sepertinya benar apa yang dia duga, tapi ia lebih memilih diam daripada memastikan dugaan itu. "Ada lagi yang ingin kauungkapkan?"
"Nggak ada kok. Thanks sudah mendengarkan."
"Sama-sama. Sampai ketemu besok malam."
"Ya, sampai besok."
Henji berlalu, ia segera pergi ke ruang kerja Sugawara Ayuki, pemred majalah Sugooii!! Teen, yang juga ibu dari Suzuki sekaligus bibinya.
Keluarga Henji begitu menyenangkan baginya. Ia sangat menyayangi keluarganya. Karena itu, ia tetap senang walaupun teman yang ia punya hanya Suzuki. Di sekolah, Henji tak punya teman dekat. Wajahnya yang cukup sangar dan postur tubuhnya yang tinggi tegap membuat orang salah menilai dirinya dan enggan menyapanya.

Wawancara akhirnya selesai. Karena dilakukan langsung oleh bibinya, tentu kerahasiaan Tasuku tetap terjaga.
"Terima kasih, Henji. Edisi yang ini pasti laris! Terbitnya awal bulan depan, jadi tunggu saja ya!" Ujar bibinya saat wawancara itu selesai.
Sekarang tinggal istirahat di rumah, dan siap-siap untuk sekolah besok...
"Sudah kubilang! Aku tidak mau!!!" Seorang gadis berteriak kesal. "Aku takkan pernah sudi memakai baju buatan perusahaan itu!!!"
Henji yang sedang menuju lift tersentak kaget. Astaga, gadis itu suaranya keras sekali. Gadis itu terus berjalan pergi dengan langkah kesal ke arah yang berlawanan dengan Henji. Di belakangnya ada dua orang wanita yang berusaha mencegahnya pergi. Tapi gadis itu tak peduli. Saat gadis itu menyadari keberadaan Henji, wajahnya berubah. Langkahnya terhenti sesaat. Sepertinya dia agak panik. Ekspresinya lalu berubah kosong.
Henji terpengaruh ekspresinya itu. Ia diam tanpa berkata apapun. Ia kenal gadis itu, dan ia tak pernah menyangka bahwa gadis itu bisa bersikap seperti tadi. Mengabaikan profesionalisme, lalu mengikuti keegoisannya.
Gadis itu Hanazawa Michisa. Teman sekolah Henji yang sekelas dengan Suzuki sejak kelas 1 SMA. Gadis blasteran Inggris-Jepang yang juga berprofesi sebagai model dan aktris.
"Kenapa kau?! Jangan melihatku terus!" Michisa tiba-tiba memarahinya demikian. "Lupakanlah soal ini, Tasunaga Henji!!" Tambahnya seraya pergi dari tempat itu.
Tinggallah Henji seorang diri. Ia masih bertanya-tanya tentang apa yang dilihatnya tadi. Ia tak tahu kalau Hanazawa Michisa, gadis populer di sekolahnya, bisa bersikap sekasar itu.
"Kalau Suzuki melihat yang barusan, apa jadinya ya?" Gumam Henji. "Tapi ternyata dia tahu namaku. Apa dari Suzuki?" Lanjutnya. Ia teringat kali pertama ia bicara dengan Michisa.

*****

-Liburan musim dingin kelas 1 SMA, 1 Januari, Tahun Baru-

Henji sedang berjalan-jalan bersama kedua adik dan ibunya malam itu. Saat ibu dan adik-adiknya membeli kudapan, suara teriakan yang samar menyita perhatian Henji. Saat ia datangi, ternyata dua orang perampok sedang berusaha merebut barang-barang seorang gadis dengan paksa. Yang satu berusaha mencari barang-barang berharga di dalam tas, dan yang satu lagi mencengkram gadis itu dengan kasar.
Refleks, karena sudah terlatih oleh ayahnya yang polisi itu, Henji mengalahkan kedua perampok tadi. Karena lawannya dua orang, ia sempat terkena beberapa pukulan. Namun ia berhasil membuat mereka pingsan sehingga tidak melarikan diri.
Gadis itu masih terduduk ketakutan. Ia masih berusaha memperlambat tempo detak jantungnya. Henji mendekatinya dan berlutut, berniat menolong.
"Eh? Kau Hanazawa-san, ya? Hanazawa-san kelas 1-3 'kan?" Henji baru menyadari kalau gadis itu Hanazawa Michisa, teman sekolahnya.
Michisa mendongak pelan. Setelah menatap Henji sesaat, ia berdiri perlahan-lahan. Henji ikut berdiri.
"Kalau ada yang sakit, tidak usah dipaksa," ujar Henji lagi sambil tersenyum.
"Terima kasih.. sudah menolongku," ujar Michisa sambil memaksakan senyum kecil. Terlihat jelas bahwa ia masih shock.
"Tenangkan dirimu dulu," Henji berkata demikian seraya beralih memunguti barang-barang Michisa yang sempat diambil si perampok.
"Ah, maaf, namamu siapa? Kau juga murid SMA Nosaka?" Tanya Michisa.
"Ya, aku kelas 1-1," ujar Henji sambil terus mengumpulkan barang Michisa, "tapi kau tidak usah repot-repot mengingat namaku, tidak penting kok."
Michisa terdiam dalam tatapan kagum, "tapi..."
"Yosh. Ini barang-barangmu."
"Ah, terima kasih banyak," Michisa tersenyum, "biarkan aku mentraktirmu nanti sebagai ucapan terima kasih."
"Hei, jangan..."
"Kumohon! Aku berhutang budi padamu."
Henji diam sejenak, lalu berkata, "begini saja. Tolong tandatangani topiku ini," Henji melepas topinya dan memberikannya pada Michisa, "adik perempuanku fansmu."
Michisa lalu menandatangani topi berwarna hitam-putih itu. Ia lalu melepas kalung bintang yang dipakainya, "berikan juga ini pada adikmu."
"Benarkah? Terima kasih banyak. Asal adikku senang, aku juga senang," ujar Henji sambil tersenyum tulus.
Michisa membalas dengan senyuman manis.
"Aku pergi dulu. Keluargaku menunggu. Maaf ya, aku cuma bisa menolong sedikit."
Michisa diam. Belum sempat menjawab, laki-laki itu melesat pergi.
Ini kali pertama mereka saling bicara.

*****

"Halo? Ayah? Ya.. Aku sedang di kereta, dalam perjalanan ke bandara... Aku sendirian... Hm, Suzuki bilang dia di terminal 2D.. Baiklah, nanti kukabari lagi. Sampai ketemu di bandara, Yah."
Henji menutup telepon. Tepat saat kereta yang ditumpanginya berhenti di stasiun tujuannya. Dengan langkah cepat ia beralih masuk ke bandara, menuju terminal tempat Suzuki berada. Malam ini, paman, bibi, ayahnya dan dirinya akan melepas Suzuki yang hendak melakukan pertukaran pelajar ke London, Inggris. Ia berangkat malam ini, dan baru akan kembali ke Jepang 4 bulan lagi, saat liburan musim panas.
Henji bergabung dengan Suzuki dan orang tuanya. Selang beberapa menit kemudian, ayahnya datang.
"Maaf, aku datang begitu lama," ujar ayah Henji, Tasunaga Ryuuji.
"Akhirnya Ayah datang," ujar Henji.
"Terima kasih sudah datang melepasku, Paman," ujar Suzuki.
Tuan Ryuuji menyalami Suzuki dan orang tuanya. Beliau tersenyum, membuat aura sangar di wajahnya hilang. Wajah yang diturunkannya kepada Henji.
Sementara keluarganya yang lain sibuk berbincang-bincang, Henji menatap Suzuki. Sepupu sekaligus teman satu-satunya yang ia punya sekarang. Henji tak pernah punya kawan dekat, berbeda dengan Suzuki. Suzuki anak yang cerdas, tampan, dan sangat populer. Ia anak yang pandai bergaul dan bicara. Karena bakatnya, ia juga mulai terjun ke dunia modelling. Namun, walau sangat berbeda, sejak kecil Henji dan Suzuki akrab layaknya saudara. Kini, Suzuki akan pergi jauh. Tentu saja Henji sangat mendukung perjuangan sepupunya itu, walau hati kecilnya tahu ia akan kesepian tanpa Suzuki.
Tiba-tiba ia teringat Michisa yang ia lihat di kantor redaksi majalah beberapa waktu lalu.
"Ah, Suzuki, itu... Waktu di kantor majalah kemarin..."
"Yosh! Sudah waktunya boarding. Aku harus pergi," Suzuki tiba-tiba bersiap pergi, "maaf, Henji, tadi kau mau bilang apa?"
"Eh," Henji diam sejenak, berpikir kembali, "bukan apa-apa, lupakan saja. Selamat jalan, Suzuki."
"Begitu? Ya sudah. Sampai nanti," Suzuki tersenyum ceria. Ia berpamitan dan memeluk kedua orang tuanya. Ia juga menyalami Henji dan Tuan Ryuuji.
"Saat Suzuki kembali nanti, dia pasti akan menjadi orang hebat. Apa nanti aku akan tertinggal? Apa aku akan tetap begini?
Apa aku bisa berubah jadi orang yang lebih hebat daripada Suzuki?"
Hati kecil Henji meluapkan tekadnya yang terpendam seiring kepergian Suzuki.

- Bersambung ke Chapter 2 - 


Catatan penulis :

Chapter 1 memang pendek. Setelah menulis sampai chapter 8 di ponsel, akhirnya saya melihat file novel ini di komputer. Saya kaget karena ternyata 8 chapter itu panjangnya sampai 66 halaman kertas A4. Jadi bertanya-tanya sendiri, "apa benar aku nulis sepanjang itu?" (o_o)
Tapi tetap saja, semua menyenangkan. Semoga saya bisa cepat menyelesaikan novel ini beserta lagu-lagu dan ilustrasinya. Jangan ragu menyampaikan kritik dan saran. Ikuti terus kisah hidup Henji, ya... (^^)v 
FildzahPro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar