Sabtu, 19 Oktober 2013

My Poor Self-Control

Mungkin lebih tepatnya pengendalian air mata. Hmm.

Aku payah banget sama yang ini. Fildzah Nur Fadhilah, 17 tahun.

Tadi ada rapat angkatan sehubungan dengan masalah di Buku Tahunan Sekolah angkatan kami. Atau apa lebih bagus kusebut Buku Kenangan? Toh fokusnya kan cuma ke kelas 12.

Pokoknya waktu aku coba menyampaikan pendapatku, tanpa kehendak suaraku tersendat-sendat, nafas tercekat, mata berlinang air mata.

Padahal itu sama sekali bukan kehendakku.

Sampai sekarang aku nggak berhenti berpikir, kenapa dari dulu aku seperti itu? Kenapa aku gampang banget nangis?

Dan kenapa sebanyak apapun aku nangis air mataku nggak pernah kering sekalipun?

Kenapa?

Aku gak mau nangis lagi. Itu yang selalu kupikirkan. Tapi ternyata pengendalianku terhadap tangisan itu seolah tidak ada.

Apa sistem pengendalianku udah rusak ya?

Dulu juga pernah gini, waktu aku abis lomba. Dan aku gagal total. Begitu lomba selesai, aku keluar ruangan dengan wajah datar dan kosong. Tapi begitu ngeliat Lina, temenku yang juga ketua Keputrian, dengan ekspresi yang sama air mataku keluar. Deras banget.

Kenapa begitu ya?

Pada dasarnya aku cengeng. Iya, tahu diri kok. Dan parahnya puncak cengengku saat ini justru pas SMA.
Suaraku yang waktu SMP bisa sampai ke telinga dan hati orang-orang, kini tak sedikit pun bisa mengusik hati orang-orang di SMA. Suaraku tambah kecil. Saat bersuara pun, karena bicaraku nggak jelas akhirnya aku lebih memilih bungkam. Nggak ada artinya aku bicara.

Kerugiannya, aku jadi nggak bisa mengungkapkan ide dan maksudku dengan baik. Tapi keuntungannya, kalau marah aku jadi nggak bisa teriak-teriak kesal seperti orang lain.

Kalau sedih, aku nangis.
Kalau kecewa, aku nangis.
Kalau marah, aku nangis.
Bahkan kalau senang, aku juga nangis.
Ibarat komputer sederhana, inputnya beragam. Ada keyboard, mouse... Tapi outputnya cuma satu. Monitor.

Mungkin ini emang kelebihan dari Allah. Supaya perasaanku selama tiga tahun ini gak meledak-ledak tak terkendali. Aku dilatih sabar. Sabar. Sabar. Nggak ada gunanya juga diungkapkan.

Fight, there's still 8 months left.
Slowly but surely you're walking your way... Hang in there!














Tidak ada komentar:

Posting Komentar